Ziarah, Ya Perjalanan, Ya Devosi

#Ziarah, #Devosi, #FYI, #Refleksi, #BerimanBukanRecehan,
10 July 2019
Ziarah, Ya Perjalanan, Ya Devosi

Kita sering mendengar soal kegiatan ziarah. Ada yang berziarah ke Gua Maria, ada yang bahkan sampai ke Yerusalem. Ada yang berangkat memakai jasa travel yang bagus, ada yang lebih memilih berjalan kaki. Sebenarnya apa sih itu ziarah? Yuk kita intip sekilas...

Ziarah, Sebuah Tradisi

Tradisi ziarah berakar pada tradisi ziarah bangsa Yahudi yang berziarah ke Yerusalem. Kita juga tentu ingat kisah di Injil yang menceritakan Yesus kecil bersama kedua orang tuanya pergi ke Yerusalem lalu tinggal di sana sampai dicari-cari oleh Maria dan Yosef (lih Luk 2:41-51).

Tradisi ziarah lalu berkembang dan mendapat makna baru setelah kebangkitan Kristus. Peziarah jadi ingin melihat jejak-jejak hidup Yesus, Bunda Maria, serta para rasul dan berusaha mencari inspirasi darinya. Tradisi berziarah macam ini mulai berkembang pesat sejak abad ke-4. Hingga saat ini pun, ziarah terus berkembang hingga muncul travel-travel yang menyediakan paket-paket ziarah mulai dari tujuan ziarah di dalam negeri, maupun luar negeri seperti Yerusalem atau pun Vatikan.

Ziarah pun menjadi suatu bentuk devosi yang diminati di zaman sekarang ini.

Ziarah, Sebuah Perjalanan Devotif, Bukan Cuma Jadi Turis

Sekilas kita tadi mengetahui bahwa pada dasarnya ziarah adalah suatu bentuk devosi, di mana kita mengunjungi suatu tempat yang memberi kita inspirasi untuk semakin dekat dengan Tuhan. Karena ziarah adalah sebuah devosi, tentunya kurang baik kalau kita berziarah hanya untuk bersenang-senang.

Tidak baik juga kalau kita berziarah hanya karena ingin “mendapat mukjizat”. “katanya kalau ke tempat ziarah itu waktu jumat pertama 3 kali berturut-turut, permohonanku pasti terkabul”. Ingat, tujuan kita berziarah adalah untuk berdevosi, untuk mendekatkan hati kita ke Tuhan, bukan malah “memaksa” agar Tuhan mengabulkan permohonan kita.

Lalu, Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita dalam Berziarah

Ziarah sebenarnya sebuah kesempatan bagi kita untuk melepas semua kesibukan harian kita lalu mengambil suatu bentuk devosi/penitensi tertentu di suatu tempat yang kita rasa mampu membantu kita untuk lebih meresapi sikap devosi/penitensi, serta kehadiran Tuhan. Sehingga tentu tujuan kita adalah untuk semakin dekat dengan Tuhan.

Oleh karena itu, persiapan batin lah yang perlu lebih diutamakan. Kita bisa saja membawa permasalahan kita, permohonan kita, ataupun dosa-dosa kita untuk diserahkan kepada Tuhan sepanjang peziarahan kita. Atau, kita bisa saja lebih fokus merasakan kebersamaan kita dengan Tuhan dalam peziarahan kita.

Atau bahkan, kita bisa mengambil sikap penitensi seperti berjalan kaki ke tempat ziarah atau semalam penuh berdoa tanpa putus.

Semua kembali kepada gerak hati kita, apa yang mungkin mampu mendekatkan kita dengan Tuhan.

Jadi ziarah bukan cuma sekadar foto-foto dan ambil air saja, tapi ziarah ya benar-benar perjalanan, ya benar-benar berdevosi.

Dan yang jadi oleh-oleh dari ziarah kita adalah sikap devotif dan iman kita yang kembali segar dan subur. Selain itu, juga semangat yang baru untuk kembali berkarya dalam sekolah, pekerjaan, masyarakat, dan Gereja kita sebagai pengabdian kita kepada sesama dan Tuhan.

Semoga dengan ini ziarah kita dapat semakin mengembangkan iman kita.

Tuhan memberkati.


Bacaan lanjutan:

https://www.catholicfaithstore.com/daily-bread/real-meaning-pilgrimage-catholics/

https://catholicism.org/catholic-pilgrimage-a-spiritual-journey.html

http://stmikaelpa.blogspot.com/2010/06/ziarah-sebagai-suatu-bentuk-devosional.html

https://www.carmelia.net/index.php/artikel/spiritualitas/175-ziarah-sebagai-ungkapan-iman

https://www.imankatolik.or.id/pengertian-ziarah-katolik.html