Yesus Tuhan Sang Pelayan Sejati

16 July 2021
Yesus Tuhan Sang Pelayan Sejati

Oleh: Richardo Rillyanugraha

Sobat YOUCAT tahu enggak, kalau salah satu bentuk penghayatan dalam hidup beriman ialah hidup merasul, artinya menjadi pelayan bagi Gereja dan masyarakat. Hidup merasul menjadi bagian penting dalam misi Gereja, di mana Yesus sendiri mengutus semua murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Injil (bdk. Mat 10:7-15). Misi tidak hanya berarti pergi ke suatu tempat, namun juga berani untuk melayani sesama kita, terutama mereka yang menderita. Nah, Yesus merupakan teladan yang sempurna bagi umat beriman untuk melaksanakan misi suci Gereja. Karena Yesus telah mengutus kita, maka Ia terlebih dahulu telah menunjukkan kepada kita bagaimana menjadi pelayan yang sesungguhnya.

Dalam artikel kali ini, sobat YOUCAT diajak untuk memahami dan mendalami dokumen-dokumen Gereja mengenai misi dan perutusan umat beriman, baik di dalam Gereja sendiri maupun dalam masyarakat. Dokumen apa saja sih yang akan kita bahas? Yang pertama adalah Dekrit tentang Kerasulan Awam yang dikeluarkan dalam Konsili Vatikan II yang berjudul Apostolicam Actuositatem (AA). Sedangkan dokumen Gereja lainnya yang akan kita ulas pula dalam artikel ini adalah adalah Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate (GE) yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus.

Perutusan sebagai jalan kekudusan

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pelayanan sebagai sebuah misi bagi seluruh umat katolik, ada baiknya terlebih dahulu kita berkenalan dengan spiritualitas yang menghidupi misi tersebut. Spiritualitas ini tidak terlepas dari kehidupan Yesus sendiri sebagai seorang pelayan dan misionaris sejati (GE 20). Pertama-tama harus dimengerti bahwa seluruh umat beriman diutus oleh Yesus Kristus sendiri untuk mewartakan Kabar Sukacita. Perutusan tersebut merupakan sebuah jalan kekudusan untuk mewujudkan rencana Bapa yang terlebih dahulu telah diwahyukan dalam diri Yesus Kristus. Oleh sebab itu, Yesus Kristus merupakan teladan utama kita untuk dapat menjalani perutusan dalam melayani sesama.

Kesucian tiada lain adalah kasih yang dihidupi secara penuh” (GE 21). Kasih Allah dapat membentuk hidup kita menjadi lebih bermakna dan terus bertumbuh dalam iman, dan dengan bantuan Roh Kudus akan terus membantu kita dalam menghayati semangat misi dan pelayanan. Bagaimana caranya? Dengan berusaha mengenali dan memaknai sabda Allah dalam Injil. Mengenakan Roh Kristus dalam setiap usaha yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpedoman pada Injil, yakinlah bahwa misi kita sebagai umat beriman untuk melayani sesama akan dapat dijalankan dengan baik dan penuh sukacita.

Seluruh kehidupan kita merupakan sebuah misi jika itu dilaksanakan dengan menghidupi kasih Allah yang dicurahkan dalam diri kita. Roh Kudus akan membantu setiap langkah kita dalam menghayati misi untuk melayani asalkan kita mau mendengarkan dan mengikuti tuntunan-Nya. Kita harus membiarkan Roh Kudus menanamkan dalam diri kita misteri pribadi yang akan memancarkan Yesus Kristus di dunia (GE 23). Kerasulan dijalankan dalam iman, harapan dan cinta kasih, yang dicurahkan oleh Roh Kudus dalam hati semua anggota Gereja (AA 3).

Kesucian perlu dilihat sebagai suatu kebutuhan yang berharga dalam diri setiap umat beriman, dan hal itu harus terus menerus diusahakan untuk mencapai kepenuhannya, yaitu hidup Yesus sendiri. Teladan yang telah ditunjukkan Yesus dalam Injil menjadi sumber dan acuan utama dalam hidup kita. Setiap hidup umat Kristiani merupakan misi. Hal ini hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik hanya apabila kita dapat menghidupi kasih Kristus. Kasih itulah yang akan menjadi bekal kita dalam melayani sesama. Kita pun harus membagikan kasih itu kepada setiap orang yang kita jumpai.

Misi bagi seluruh umat beriman

Seluruh umat beriman yang dipersatukan dalam pembaptisan memiliki tugas yang sama sebagai murid-murid Kristus untuk mewartakan Kabar Gembira. Tugas ini bukan hanya melulu tugas para imam dan biarawan/biarawati, tapi juga tugas seluruh lapisan umat mulai dari remaja, orang muda, pasangan suami-istri, pekerja lapangan, karyawan, pensiunan, hingga lansia. Semua dapat ambil bagian dapat tugas perutusan ini. Dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam, dijelaskan dengan sangat jelas bahwa, “...Karena ciri khas status hidup awam yakni hidup di tengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Tuhan, untuk dijiwai semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia...” (AA 2).

Misi utama dari setiap umat beriman adalah untuk mengamalkan kebaikan serta melayani semua orang, terutama kepada mereka yang miskin dan menderita. Seluruh umat beriman juga harus terus-menerus berpegang pada teladan Kristus sebagai sumber dan asal seluruh kerasulan dalam Gereja (AA 4). Seluruh umat beriman hanya dapat menjalankan pelayanan bagi semua orang jika mereka memiliki kehidupan rohani yang baik. Hidup rohani yang dimaksudkan adalah kehidupan yang bercirikan semangat Sabda Bahagia yang akan menghantar umat beriman pada semangat Yesus Kristus sendiri.

Tujuan-tujuan yang harus dicapai

Dalam Dekrit tentang Kerasulan Awam dijelaskan ada tiga hal yang menjadi tujuan dari kehidupan merasul, yang merupakan sebuah misi bagi kita semua. Tujuan-tujuan tersebut menyangkut penyelamatan umat manusia yang hakikatnya ada dalam karya penebusan Kristus. Dalam rangka mendukung tujuan-tujuan tersebut, diperlukan kepekaan umat beriman dalam mengikuti bimbingan suara hati. Suara hati adalah sarana untuk dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak Allah.

1. Kerasulan dimaksudkan untuk mewartakan Injil dan menyucikan umat manusia (AA 6).

Kerasulan dalam Gereja Katolik pertama-tama dimaksudkan untuk mewartakan Kristus kepada dunia dengan perbuatan maupun kata-kata kita, serta untuk menyalurkan rahmat-Nya. Hal tersebut dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan pelayanan gerejawi dan dalam perayaan sakramen-sakramen. Yesus Kristus sebagai Sang Pemenuhan Wahyu Allah telah menunjukkan kepada kita semua melalui hidup dan karya-Nya mengenai kerasulan dalam bentuk pelayanan. Kita semua hendaknya menjadi garam dan terang dunia yang senantiasa membawa keselamatan dan wajah Kristus di tengah-tengah kehidupan.

2. Pembaharuan tata dunia secara kristiani (AA 7).

Mengingat rencana Allah di dunia untuk terus-menerus membarui dan menyempurnakan tata dunia, maka kerasulan dalam Gereja perlu untuk senantiasa dilakukan. Nilai-nilai kehidupan, keluarga, kebudayaan, ekonomi, kesenian dan profesi, lembaga-lembaga negara, hubungan-hubungan internasional, serta seluruh perkembangan dan kemajuannya, semuanya itu menjadi nilai-nilai hakiki yang senantiasa diperjuangkan dalam hidup manusia. Gereja mempunyai tugas untuk mengusahakan agar manusia menjadi mampu menyusun seluruh tata dunia dengan seksama dan mengarahkannya pada Allah melalui Kristus. Maksudnya adalah, dalam kegiatan merasul hendaknya membawa apa yang telah diteladankan oleh Kristus, yakni kasih dan cinta kepada sesama, sehingga orang-orang yang dilayani merasakan kasih Allah dalam hidup mereka.

3. Amal kasih (AA 8)

Kasih merupakan tujuan akhir dalam setiap kegiatan merasul, karena Kristus sendiri telah menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia. Kristus menjadikan perintah cinta kasih terhadap sesama itu sebagai hukum yang berasal dari Diri-Nya sendiri, dan memperkayanya dengan makna baru, ketika Ia menghendaki diri-Nya sendiri, seperti juga saudara-saudara-Nya, sebagai pribadi yang harus dicintai. “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang di antara saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku” (Mat 25:40). Kasih merupakan pusat dan makna hidup kristiani. Karena kasih pula manusia diselamatkan. Dan karenanya, manusia diperkenankan untuk menjadi anak-anak Allah. Kita semua hendaknya sungguh menghargai dan sungguh-sungguh menunjang amal cinta kasih serta usaha-usaha untuk melayani sesama yang membutuhkan.

Nah, gimana sobat YOUCAT, sekarang makin paham kan tentang apa itu hidup merasul? Jadi, bukan hanya para imam atau biarawan/biarawati saja yang bisa dan boleh merasul dalam Gereja. Sebagai awam pun kita dapat menghayati hidup kerasulan seperti yang telah diteladankan oleh Kristus dengan cara melayani sesama. Pada dasarnya, kita semua diajak untuk semakin menyerupai Kristus sendiri, Sang Teladan Utama dalam belas kasih. Seluruh tindakan dan perilaku kita haruslah mencerminkan kasih Kristus, sehingga kita pun dapat membagikan kasih itu kepada sesama dengan pelayanan-pelayanan yang dapat kita berikan kepada mereka.