St. Yosef, Cermin Kesabaran.. Emang Iya??

#berimanbukanrecehan, #patriscorde, #keluargakudus, #santoyosef,
12 February 2021
St. Yosef, Cermin Kesabaran.. Emang Iya??

"Sabar ya.. semua pasti ada jalan keluarnya kok.." "Kamu harus sabar, jangan cepat emosi.." "Semoga keluarga diberikan kesabaran dalam menghadapi musibah ini.."

Pernah mendengar kalimat-kalimat seperti itu Sobat YOUCAT?

Ya, kerap kita mendengarnya dari nasihat sahabat atau keluarga ketika kita menghadapi kesulitan ekonomi, permasalahan bisnis, masalah dalam karir atau keluarga; juga ketika kita dinasihati agar mengendalikan emosi kita; termasuk pula ketika kita mendapatkan edaran ucapan belasungkawa yang mengundang untuk mendoakan keluarga yang berduka agar bisa menerima duka yang dihadapi dengan sabar.

Rasanya begitu luas makna kesabaran itu ya, Sobat YOUCAT. Dari mulai penguatan diri, pengendalian emosi, kesediaan untuk berani berproses, kesediaan untuk menghadapi seseorang atau situasi yang sulit, keteguhan dalam berjuang, hingga ketabahan dalam duka dan derita. Demikian pulalah makna kesabaran yang diajarkan oleh Gereja?

Yuk mari kita coba gali keteladanan kesabaran dari St. Yosef, Bapa Asuh Yesus Kristus, sesuai anjuran Paus Fransiskus dalam Surat Apostoliknya, Patris Corde.

#1 Sabar itu Bersedia Menanti, Bukan Memaksa Sesuatu Harus Terjadi

Misi besar yang dipercayakan Allah ke dalam tangan St. Yosef amatlah berat. Tidak mudah untuk menjalaninya. Dalam banyak kesempatan, kita bisa lihat bahwa St. Yosef diharuskan untuk banyak menunggu. Misalnya:

  • ketika St. Yosef mengetahui bahwa Maria, tunangannya telah mengandung, dan ia kemudian harus sabar menunggu kepastian dari Tuhan tentang apa yang terjadi atas kehamilan Maria itu sebagai bagian dari sejarah keselamatan (lih Mat 1:19-24). St. Yosef tidak memaksa agar Maria mengakui apa yang terjadi. Ia tidak menuntut apa-apa juga dari Allah. Ia sabar, bersedia menanti;

  • ketika St. Yosef dalam kebimbangannya ia membiarkan Maria pergi mengunjungi Elisabeth hingga kelahiran putranya, St. Yohanes Pembaptis, hingga sekitar 3 bulan lamanya (lih. Luk 1:56). Meski bimbang dan galau, St. Yosef tidak menuntut Maria untuk menemaninya, ada di sisinya, tetapi memperkenankan Maria melakukan tindakan bela rasa pada Elisabeth, sekaligus menjadi "retret pribadi" bagi Maria dan Elisabeth, sesama perempuan yang menerima rahmat khusus dari Allah;

  • Contoh tentang kesabaran menanti disampaikan Paus Fransiskus dalam Patris Corde art. 3. Beliau menulis, "Di Mesir Yusuf dengan kepercayaan dan kesabaran menanti pemberitahuan yang dijanjikan oleh malaikat untuk kembali ke negaranya. Segera setelah utusan ilahi, dalam mimpi ketiga, memberitahunya bahwa mereka yang mencoba membunuh Anak itu sudah mati, dan memerintahkannya untuk bangun, membawa Anak itu dan ibu-Nya bersamanya dan kembali ke tanah Israel (bdk. Mat 2:19-20), ia sekali lagi menaati tanpa ragu-ragu: “Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel” (Mat 2:21)."

Tentu kita semua tahu menunggu itu hal yang paling menuntut kesabaran, lahir dan batin. Menunggu juga amatlah menjemukan, membosankan. Tetapi dalam hal inilah keteguhan hati dan kesabaran seseorang diuji.

Bersediakah kita menantikan sesuatu, bukan memaksakan sesuatu harus terjadi?

#2 Sabar itu Percaya dan Taat pada Allah, Bukan MenuntutNya

Dalam Surat Apostolik Patris Corde, Paus Fransiskus juga menyinggung tentang kesabaran. Beliau berkata, "Betapa banyak orang berlatih kesabaran setiap hari dan menanamkan harapan, dengan berupaya untuk tidak menebar kepanikan..." (Patris Corde)

Kesabaran yang dipraktikkan seseorang tentulah mengandaikan ia percaya kepada siapa yang ia percayai. Ketika seseorang diminta untuk bersabar, untuk menanti oleh orang yang ia percayai maka ia akan percaya dan berusaha taat sehingga tetap menanti. Sebaliknya, jika ia tidak memiliki rasa percaya, maka pilihannya tentu bukan bersabar atau taat.

Ketaatan St. Yosef sering menjadi "highligth" dalam kisah hidupnya. Kitab Suci memberi tahu kita tentang betapa taatnya St. Yosef menanggapi arahan Tuhan dalam merawat Maria dan Yesus. Kebajikan yang sejalan dengan ketaatan adalah kesabaran. St. Yosef tidak menuntut untuk mengetahui rencana lengkap yang disusun selangkah demi selangkah sebelum waktu yang dipilih Tuhan.

Mari kita lihat bagaimana kesabaran St. Yosef berangkat dari rasa percaya dan ketaatannya pada Allah:

ketika St. Yosef dalam kekhawatirannya akan Maria yang akan segera melahirkan usai berjalan jauh dari Nazareth ke Bethlehem tetapi tidak beroleh penginapan sehingga Maria harus melahirkan di kandang hewan dan membaringkan Sang Putra di palungan, St. Yosef tidak protes sedikit pun pada Allah. Ia berusaha sabar akan situasi yang tidak mudah yang mereka hadapi (Luk 2:4-6);

  • ketika St. Yosef diminta untuk membawa Maria dan Yesus mengungsi ke Mesir, dan kemudian membawa mereka kembali ke Israel, St. Yosef pun sabar dan taat menjalaninya. Ia tidak marah atau bahkan mengutuk Allah;

  • Hidup St. Yosef tidaklah baik-baik saja. Banyak kesulitan yang ia hadapi. Tetapi kesulitan demi kesulitan itu tidak membawanya pada ketidaksabaran, justru ia semakin bertumbuh dalam kesabaran dengan berusaha mencoba menguasai setiap keadaan, mengatasi setiap kesulitan dengan ketenangan dan kesabarannya. Kesabarannya tentu berangkat dari kepercayaan dan ketaatannya pada Allah. Ia percaya dan taat pada Penyelenggaraan Ilahi. St. Yosef dengan sabar menunggu Wahyu Ilahi, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada pemeliharaan Tuhan.

Bersediakah kita percaya dan taat pada Allah dan bukannya menuntutNya, atau bahkan menyalahkanNya?

#3 Sabar itu Berani Berkorban, Bukan Demanding

Kata 'sabar' atau 'kesabaran' dalam bahasa Inggris berarti 'patient' atau 'patience'. Keduanya berakar dari Bahasa Latin,__ 'patientia'__ yang berarti "the quality of suffering or enduring; submission". Artinya 'sabar' atau 'kesabaran' juga memiliki arti yang berkaitan dengan penderitaan, ketahanan akan derita. Dan, dimensi ini juga dapat kita lihat dalam pengalaman hidup St. Yosef.

  • ketika St. Yosef meminang Maria sebagai tunangannya, tentu ia punya begitu banyak impian yang akan dilakukannya sebagai seorang kepala keluarga bersama Maria nantinya. Tentunya ia berpikir akan hidup tenang dan damai sebagai sebuah keluarga baru, merintis usaha untuk menghidupi keluarga, dan kemudian menikmati masa-masa membesarkan anak hingga akhirnya menikmati masa tua bersama istri tercinta. Tapi, apa daya, semuanya seolah kandas ketika St. Yosef tahu bahwa Maria telah mengandung padahal mereka baru bertunangan. Hidupnya dan keluarganya menjadi tidak jelas di awal-awal, mengalami berbagai peristiwa yang tak masuk nalar manusia, dikejar-kejar Raja yang berkuasa yang ingin membunuh anaknya, harus mengungsi ke negeri orang, dan lain sebagainya. Sebesar itulah kesediaan St. Yosef berkorban demi berjalannya rencana keselamatan Allah dalam diri Putranya. Dan, sebesar itulah pengorbanan St. Yosef;

  • contoh lain dapat kita lihat pula dalam berbagai perjalanan St. Yosef, Bunda Maria, dan Yesus. Dalam berbagai gambar atau lukisan, kerap kita lihat bagaimana dalam perjalanan St. Yosef akan berjalan kaki menuntun keledainya dan membiarkan Bunda Maria, sendirian atau bersama dengan Yesus, untuk duduk di atas keledainya. Sebagai Kepala Keluarga Kudus Nazareth, ia berani berkorban dengan memilih berjalan kaki dalam jarak yang luar biasa jauhnya. St. Yosef berjalan kaki berkilo-kilometer, berhari-hari agar Bunda Maria dan juga Yesus dapat lebih nyaman berada di atas keledai mereka. Dari Nazareth ke Bethlehem, dari Bethlehem ke Mesir, dan dari Mesir ke Nazareth, setidaknya sejauh itulah St. Yosef berjalan kaki, berkorban demi Bunda Maria dan Yesus.

Kesabaran adalah kesediaan untuk menderita. Seorang pasien (patient) adalah orang yang menderita suatu penyakit bukan karena pilihan, sedangkan orang yang sabar (patient) adalah orang yang menderita secara sukarela daripada melepaskan panggilan yang diberikan kepadanya. Yusuf bersabar karena cintanya. Dia rela menderita apapun, bahkan kehilangan Bunda Maria dan Putera Ilahinya dengan menjadi sosok dalam Keluarga Kudus Nazareth yang meninggal lebih dahulu.

Keberanian St. Yosef untuk sabar dan bersedia berkorban bagi Bunda Maria, Putera Ilahinya, dan Allah sendiri adalah berangkat dari kasihnya yang begitu besar pada mereka karena:

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Kor 13:4-7)

Bersediakah kita dengan lapang dada menghadapi kesulitan atau penderitaan apapun yang kita alami?

#4 Sabar itu Berani Berproses

Saya sungguh yakin, St. Yosef tidak begitu saja menjadi teladan kesabaran kita. Tentulah ada proses yang terjadi dalam dirinya yang membuatnya mencoba untuk berani berproses mengikuti rencana Allah. Tidak mudah juga bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan apa yang Allah rencanakan ketika kita sendiri sudah memiliki rencana. Pilihannya tentu ada 2, mencoba menerima rencana Allah dan menyesuaikan diri dengan rencanaNya atau menolak rencana Allah itu. St. Yosef memilih yang pertama.

Dalam bagian sebelumnya sempat disampaikan bahwa ketika St. Yosef meminang Maria sebagai tunangannya, tentu ia punya begitu banyak impian yang akan dilakukannya sebagai seorang kepala keluarga bersama Maria nantinya. Tentunya ia berpikir akan hidup tenang dan damai sebagai sebuah keluarga baru, merintis usaha untuk menghidupi keluarga, dan kemudian menikmati masa-masa membesarkan anak hingga akhirnya menikmati masa tua bersama istri tercinta. Tapi, apa daya, semuanya seolah kandas ketika St. Yosef tahu bahwa Maria telah mengandung padahal mereka baru bertunangan. Hidupnya dan keluarganya menjadi tidak jelas di awal-awal, mengalami berbagai peristiwa yang tak masuk nalar manusia, dikejar-kejar Raja yang berkuasa yang ingin membunuh anaknya, harus mengungsi ke negeri orang, dan lain sebagainya.

Bisa jadi pula St. Yosef mengalami fase-fase sulit dalam menerima situasi yang terjadi, bisa juga ada penolakan di dalam dirinya. Tetapi pada akhirnya St. Yosef berani untuk berproses dalam rencana yang Allah berikan baginya dan keluarganya. Kuncinya rasanya ada pada kesediaan St. Yosef memberikan ruang bagi Allah untuk menuntunnya masuk dalam rencana Allah. Salah satu upaya St. Yosef memberikan ruang bagi Allah untuk menuntunnya agar dapat masuk dalam rencana Allah adalah dengan memberi waktu untuk mendengarkan Allah melalui mimpi-mimpinya. St. Yosef tidak tergesa-gesa terhadap situasi yang terjadi. Ia tidak impulsif. Ia berani ambil waktu untuk mendengarkan Allah ingin berbicara apa melalui mimpi-mimpinya dan kemudian mendengarkan dan melaksanakannya.

Kehidupan St. Joseph adalah sebuah proses terus-menerus dalam mendengarkan Wahyu Tuhan yang diberikan kepadanya.

Bersediakah kita juga berproses terus-menerus untuk mengetahui dan mengikuti rencana Allah bagi kita?

#5 Sabar itu Tetap Berjuang Bukan Menyerah Begitu Saja

Menempuh jalan kesabaran tidak berarti bahwa kita tidak akan menghadapi kecemasan sehari-hari, masalah-masalah, pergumulan, atau pergolakan dalam hidup kita. Tetapi dengan rahmat Tuhan, mempraktikkan kesabaran berarti kita dapat mengatasi gangguan sehari-hari, kesalahan orang lain, ketidaknyamanan yang kita temui, dan masalah besar yang kita hadapi. Dalam ujian dan pencobaan, kita belajar bagaimana bertumbuh dalam kebajikan dan hidup dalam kasih karunia Tuhan. Memperlihatkan kesabaran dan belas kasihan, terutama saat menghadapi orang lain atau dengan hal-hal di luar kendali kita, selalu mendatangkan kebaikan.

Demikian pula yang dialami oleh St. Yosef. Tidak terkira masalah yang dihadapinya. Tetapi ia tetap sabar. Tak berarti ia menyerah dan membiarkan semua berlalu begitu saja tanpa ia berjuang, tetapi justru St. Yosef berjuang dengan kesabarannya untuk menghadapi semua persoalan dengan rahmat Tuhan. Kembali kita mari kita coba ingat bagaimana St. Yosef mengalami peristiwa-peristiwa yang sulit dalam hidupnya, seperti: (1) mendapati Maria tunangannya mengandung sebelum mereka menikah dan mengandung bukan dari St. Yosef, (2) menerima anak yang dikandung Maria sebagai anaknya sendiri, (3) menempuh berbagai perjalanan jauh demi Maria dan Putranya, (4) mengungsi ke negeri orang, (5) kehilangan Putranya ketika berusia 12 tahun saat mereka berziarah ke Yerusalem, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sekali lagi, mari kita ingat bahwa dengan mempraktikkan kesabaran bukan berarti akan terbebas dari kegelisahan dalam hidup. Contohnya, saat Maria dan Yosef kehilangan Yesus selama tiga hari di Yerusalem, kita diberitahu bahwa mereka mencari Yesus dengan kekhawatiran yang mendalam (lih. Luk 2:48). Mereka sangat khawatir dan gelisah, namun memiliki kepercayaan diri yang tak terbatas terhadap kehendak Ilahi dan tetap berjuang mencari Yesus sehingga akhirnya mereka menemukan Yesus.

Bersediakah kita tetap berjuang meski segala sesuatu terlihat tak berhasil sama sekali, berani komit akan sesuatu yang sudah kita niatkan, berani bangkit lagi ketika kita jatuh dan jatuh lagi?

Sobat YOUCAT, kita semua tahu bahwa kesabaran adalah sebuah rahmat yang sungguh sulit dipraktikkan bagi kebanyakan orang di zaman modern ini. Ketika teknologi berkembang pesat yang memudahkan kita untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan hanya dengan menggunakan ujung jari kita saja dan memudahkan segalanya terjadi secara instan, kesabaran menjadi sesuatu yang langka, sulit dipahami, dan bisa jadi pula dianggap aneh. Kemajuan zaman seperti ini akan menjauhkan kita dari kesabaran dan menunggu. Sabar itu memang susah, sabar itu bikin capek, sabar itu bikin stress, sabar itu menyakitkan. Tetapi, dalam Amsal dikatakan bahwa “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32).

Nah, Sobat YOUCAT, kita sudah mencoba melihat 5 teladan kesabaran yang dipraktikkan St. Yosef semasa hidupnya sehingga ia kemudian disebut sebagai "Cermin Kesabaran". Dari St. Yosef kita belajar bahwa:

  1. Sabar itu Bersedia Menanti, Bukan Memaksa Sesuatu Harus Terjadi
  2. Sabar itu Percaya dan Taat pada Allah, Bukan MenuntutNya
  3. Sabar itu Berani Berkorban, Bukan Demanding
  4. Sabar itu Berani Berproses
  5. Sabar itu Tetap Berjuang Bukan Menyerah Begitu Saja

Sabar itu bukan berarti lemah dan kalah. Sabar adalah obat penangkal terbaik dari keputusasaan sehingga kita yang sabar disebut lebih dari pahlawan. Dan, hadiah yang kita terima dari Tuhan sebagai ganjaran dari kesabaran adalah kedamaian dan kebahagiaan.

Jadi, sabar itu memang susah, sabar itu bikin capek, sabar itu bikin stress, sabar itu menyakitkan, tetapi sabar itu indah, Sobat YOUCAT!

Jika kita ingin menjadi lebih sabar dalam segala hal, marilah kita datang kepada St. Yosef dan bercermin kepadanya, Sang Cermin Kesabaran. Saat ini, mari pergi kepada St. Yosef dan minta perantaraannya untuk membantu kita menjadi sabar dan penuh belas kasihan, percaya pada rencana dan perhatian Tuhan bagi kita.

Sancti Ioseph, speculum patientiae, ora pro nobis! Santo Yosef, cermin kesabaran, doakanlah kami!

(Willem L. Turpijn)