St. Fransiskus Asisi: Pemuda yang Menanggapi Panggilan Kemiskinan

#St Fransiskus Asisi, #Santo-Santa, #Santo, #Orang Kudus, #Kemiskinan, #Kasih, #Pelayanan, #Persaudaraan,
04 October 2019
St. Fransiskus Asisi: Pemuda yang Menanggapi Panggilan Kemiskinan

Hari ini kita memperingati Peringatan Wajib St. Fransiskus Asisi. Santo yang satu ini sangat terkenal akan teladan hidup miskinnya.

Waduh, hidup miskin? Kayaknya berat banget ya? Tapi sebenarnya ada unsur dalam semangat hidup miskin beliau yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam hidup harian kita. Seperti apa ya? Yuk kita simak! Tapi sebelumnya, yuk kita ulas sedikit kisah hidup beliau. . .

St. Fransiskus Asisi: Pemuda Kaya yang Memilih Miskin Demi Allah

Fransiskus bernama lengkap Giovanni Francesco Bernardone, lahir di Asisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, adalah seorang pedagang kain yang kaya raya. Sementara itu, ibunya, Yohana Dona Pica, adalah seorang puteri bangsawan Picardia, Prancis.

Fransiskus semasa kecil sangat dimanjakan ayahnya sampai menjadi pemuda yang boros dan gemar berfoya-foya. Pada umur 20 tahun, ia bersama teman-temannya ikut berperang dalam perang saudara antara Asisi dan Perugia sebagai seorang prajurit. Ia ditawan selama 1 tahun hingga jatuh sakit. Sejak saat itulah hidupnya mulai berubah.

Ia mulai tertarik hidup sederhana sambil mengunjungi orang-orang miskin dan sakit. Pada suatu hari, saat ia berdoa di gereja San Damian, ia mendengar suara dari Salib Yesus: “Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir roboh ini!” Fransiskus lalu pulang ke rumah, mengambil setumpuk kain paling mahal ayahnya, lalu menjualnya.

Ayahnya marah besar. Dengan bantuan ibunya, Fransiskus dapat kabur dari rumah dan kembali ke gereja San Damian. Ayahnya mengikutinya ke sana dan memaksanya untuk pulang sampai-sampai meminta bantuan Uskup Asisi. Di hadapan sang Uskup, Fransiskus mengembalikan semua uang dan pemberian ayahnya. Ia bahkan melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan. Sang Uskup lalu memberikan Fransiskus pakaian gembala dan ikat pinggang yang kelak menjadi pakaian biarawan Fransiskan.

Sepanjang hidupnya, Fransiskus terkenal akan kesucian dan keteladanan hidup miskinnya. Dialah yang mendirikan Ordo Fransiskan (OFM= Ordo Fratrum Minorum/ Ordo Saudara Hina Dina).

Semangat Pelayanan dan Persaudaraan

Dari kisah hidup St. Fransiskus Asisi ini, kita belajar bahwa segala kekayaan kita yang ada di dunia ini hanyalah pemberian dari Allah yang nantinya kita gunakan untuk membantu sesama kita yang lebih membutuhkan.

Nah, yang paling merasakan tentunya kita orang muda yang punya banyak uang karena memang orang tua kita punya usaha yang sukses. Kalau semua barang milik kita adalah pemberian orang tua kita, apakah patut kita sombong? Apakah layak bagi kita untuk enak-enak memboroskan uang kita yang asalnya hasil dari kerja keras orang tua kita?

Kita seharusnya mensyukuri apa yang kita dapatkan itu. Syukur bahwa kita memiliki kehidupan yang layak berkat orang tua yang mengasihi kita. Bahkan jika semua uang kita adalah hasil kerja kita sendiri, kita pun perlu bersyukur bahwa aku bisa hidup cukup dengan usahaku sendiri.

Nah, dari rasa syukur ini, perlahan kita dapat melihat bahwa kita sudah diberi sangat banyak oleh Allah. Bahkan, kita bisa merasakan kalau ternyata harta kekayaan kita itu lebih dari cukup. Dari kepenuhan rasa syukur inilah kita hendaknya saling berbagi dan memberikan sedekah kepada yang lebih membutuhkan.

Tapi, kalau aku nggak punya banyak uang bagaimana? Masih ada hal lain yang bisa disyukuri, misalnya, bakat, kecerdasan, atau pun tubuh yang sehat. Dari situ pun kita bisa menyadari bahwa Allah itu sudah sangat baik terhadap kita. Lalu, kita bisa melihat apa yang bisa kita bagikan kepada orang lain, misalnya kecerdasan kita dengan mengajari teman-teman kita yang kurang pandai atau bahkan anak-anak gelandangan. Kita bisa memberikan diri kita untuk pelayanan kepada sesama.

Ya, pada akhirnya semangat hidup miskin tadi mengarah pada semangat saling melayani.

Selain itu, pernah nggak sih merasa semua yang kita miliki, semua kecerdasan kita, semua pencapaian dan prestasi kita hampa? Biasanya kita merasakan kehampaan dalam hidup kita bila kita kurang merasakan kasih yang sejati.

Cara mengatasinya? Perbaiki hubungan dengan Allah dan sesama. Berdoalah, ke Gerejalah, dan ikutlah kegiatan-kegiatan pelayanan kepada sesama. Pada akhirnya, kita kembali pada semangat pelayanan tadi.

Jika kita bertekun pada semangat hidup miskin dan pelayanan tadi, perlahan akan muncul hubungan yang lebih mendalam antara kita dengan orang lain. Hubungan yang apa adanya, nggak materialistis/matre. Itulah hubungan persaudaraan, seperti yang diteladankan oleh St. Fransiskus Asisi melalui semangat persaudaraan dalam ordonya, Ordo Fransiskan (OFM).

Yuk Direfleksikan

Bagaimana aku memandang dan memanfaatkan apa yang aku miliki selama ini (harta benda, kecerdasan, bakat, dll)? Apakah aku sudah bisa membagikannya secara ikhlas kepada yang membutuhkannya atau aku malah menyombongkannya? Bagaimana caraku agar bisa lebih rendah hati terhadap apa yang aku miliki?

Dari apa yang aku miliki ini, apa saja yang aku syukuri? Apakah semuanya? Mengapa aku mensyukurinya? Dari rasa syukur ini, sadarilah bahwa ini semua adalah pemberian kasih dari Allah kepadaku untuk aku gunakan demi kebaikanku dan sesamaku!

Dari apa yang aku miliki dan aku syukuri ini, kira-kira apa ya yang sebaiknya aku lakukan agar bisa lebih berguna bagi sesama?

Yuk lakukan niat-niat baik yang muncul! Jangan lupa perkuat pula hubungan baikmu dengan orang-orang di sekitarmu agar semakin kuat rasa persaudaraan kalian dan semakin kuat pula kalian berkembang dalam kasih!

Yuk Dibaca

Docat 164-166, 168, 169

Youcat 449-451

http://katakombe.org/oktober/item/fransiskus-asisi.html

https://www.imankatolik.or.id/kalender/4Okt.html