Refleksi: Paskah dan Penerimaan Diri

#Refleksi, #Corona, #COVID-19, #Paskah,
17 April 2020
Refleksi: Paskah dan Penerimaan Diri

Sobat YOUCAT...

Dua tahun lalu dalam sebuah doa saya pernah marah-marah pada Tuhan. Objek kemarahan saya adalah beberapa peristiwa menyakitkan yang terjadi dalam hidup saya seperti kegagalan yang memalukan dsb.

Saya marah karena Tuhan yang katanya baik kok membiarkan peristiwa iti menimpa hidup saya. Tidak tahukah Dia betapa saya malu dan terluka karena peristiwa tersebut?

Ketika sedang melampiaskan seluruh amarah saya tersebut di sebuah kapel yang sunyi di kaki Gunung Inerie, mata saya tanpa sengaja menatap salib. Saya seolah merasa Tuhan mengatakan " Eh Eng....Aku pun pernah mengalami itu ketika Aku terjatuh saat memanggul salib. Bukan cuma sakit fisik yang Aku rasakan, tetapi juga sakit hati. Aku ditertawakan karena jatuh sampai 3 kali. Aku ditertawakan karena dibilang bisa membangkitkan orang mati, tapi menyelamatkan diri sendiri saja atau turun dari salib saja tidak bisa.”

Namun, saya tetap merasa tidak puas. Saya merasa kurang. Muncul banyak pertanyaan, mengapa harus bagini? Mangapa begitu dsb.

Setelah cukup lama bergumul dengan aneka penolakan diri atas pangalaman tersebut saya mencoba membuka Kitab Suci yang kebetulan ada di bangku kapel. Tanpa sengaja saya membuka kisah penampakan Yesus kepada Tomas. Tomas awalnya tidak percaya bahwa Tuhan bangkit. Ia baru akan percaya bila melihat sendiri dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung Tuhan bekas tikaman tombak algojo.

Pada momen itu saya tersadarkan bahwa sebuah kehidupan yang sekarang tidak terlepas dari apa yang terjadi di masa lalu. Sebuah kebangkitan atau kebaikan hidup seseorang itu adalah tentang kesatuan diri dengan semua kepingan pengalaman hidupnya, apapun itu, termasuk yang paling menyakitkan. Tuhan bangkit dengan tetap membawa luka bekas paku di kaki dan tangan, luka di lambung, kepala, dada, dan bagian tubuh lainnya. Apa artinya semua itu? Mengapa tidak bangkit dengan tubuh yang baru saja?

Oh ya pada titik itu Tuhan menunjukkan kepada saya untuk bisa bangkit dan membawa sukacita kebangkitan kepada yang lain, saya menerima luka-luka saya, memeluknya, mengakuinya, dan mensyukurinya. Luka dengan sendirinya akan menjadi berkat bukan cuma bagi saya tetapi juga bagi orang lain untuk memahami betapa bernilainya luka dan derita bagi kehidupan kendati berat saat menjalaninya.

Sobat YOUCAT, Paskah telah tiba. Tuhan sudah bangkit, lengkap dengan memori dan tubuh yang penuh luka. Sudahkah aku mau bangkit bersama Tuhan di momen Paskah ini? Menerima dan memeluk luka sabagai bagian dari sejarah hidupku?

Corona yang tengah mewabah dunia amatlah memilukan hati. Ada banyak nyawa yang hilang, air mata yang mengalir sampai kering, dsb. Kita tidak bisa menolak ini sebagai bagian dari sejarah hidup kita. Bisa dan tidaknya kita melewati ini semua tergantung pada cara kita memaknai dan menghadapinya. Seribu kali kita mengutuk corona, ia tidak akan pernah hilang. Tetapi satu kali kita mencoba mencegah penularannya kita bisa mengurangi korbannya........Tetap tenang...Tuhan akan menuntun kita menuju pembebasan; Paskah.

Ditulis oleh Eng Vikda Mahasiswa semester 2 STF Driyarkara