Mgr. John Philip Saklil: Sahabat Orang Muda dan YOUCAT Indonesia

#Mgr. Saklil, #Catatan, #Refleksi, #Kesaksian, #BerimanBukanRecehan,
13 August 2019
Mgr. John Philip Saklil: Sahabat Orang Muda dan YOUCAT Indonesia

Belum genap sehari pasca berpulangnya Mgr. John Philip “Gaiyabi” Saklil, sebuah video muncul di media sosial.

Dalam video itu Mgr. Saklil berdiri di atas panggung di harapan ratusan orang muda. Mereka semua bersiap menunggu irama musik.

Musik pun mengalun.

Sang “Gaiyabi” di depan mulai bergerak, meliuk-liuk, bergoyang, amat gesit, dan penuh semangat. Orang-orang muda pun semangat mengikutinya.

Orang Muda Harus Berikan Ruang Bagi Allah dalam Jerih Payah!

Apa yang tergambar di video itu boleh jadi melukiskan bagaimana relasi Mgr. Saklil dengan orang muda. Kedekatan beliau, paling tidak menurut saya, bukan saja karena struktural belaka karena beliau menjadi Ketua Komisi Kepemudaan KWI pada 2009-2015, tetapi juga kedekatan secara personal yang melintasi sekat-sekat yang ada yang akhirnya menjadi inspirasi bagi orang muda melalui keteladanan dan kedalaman spiritual beliau.

Kesaksian tentang kedalaman spiritual beliau pernah dibagikan oleh seorang kawan kepadaku. Seorang kawan ini adalah salah satu penggerak orang muda yang juga pernah menjadi anggota Komisi Kepemudaan di Keuskupan Agung Jakarta dan di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Pengalaman kedalaman itu dirasakannya dalam waktu-waktu kritis persiapan acara Indonesian Youth Day 2012 (IYD 2012). Begitu kritisnya situasi itu sehingga kawan ini amat sangat khawatir dengan situasi itu mempengaruhi kesuksesan acara IYD 2012 yang sudah dipersiapakan semaksimal mungkin.

Rupanya kekhawatiran besar kawan ini terbaca oleh Mgr. Saklil. Lantas, di depan terminal kargo Bandar udara Pontianak, mengalirlah sebuah petuah spiritual dari mulut bertuah beliau kepada kawan ini bahwa kita “harus memberikan ruang untuk Allah untuk semua jerih payah”.

“Melibatkan Allah artinya tidak sok.. Kalau berhasil tidak congkak.. Kalau gagal setidaknya kita tahu bahwa kita sudah melakukan yang terbaik untuk Tuhan...”

“Pun jika gagal ukurannya apa? Ukuran diri sendiri? Atau ukuran Tuhan? Ukuran diri sendiri belum tentu ukuran Tuhan karena rencana-Nya melebihi akal manusia...”

“Kalau mau 'menanggung salib' jangan pernah merasa yang paling hebat, yang paling menderita. Contohlah Yesus yang setia sampai Golgota dan Ia sama sekali tidak bermegah diri atas apa yang telah dilakukan-Nya..”

“Jangan harapkan kesempurnaan dalam pelaksanaan IYD. Bahkan WYD sekalipun pasti ada kekurangannya. Tapi justru di situlah kesempatan agar Allah dimuliakan. Berikan tempat bagi Allah agar menyempurnakan karya kita seturut kehendak-Nya..”

Diselingi beberapa hisapan rokok yang beliau hisap dalam-dalam, semua refleksi spiritual itu mengalir dari kedalaman hati yang teduh dari Sang Gembala bagi domba-Nya yang tengah diliputi kegalauan. Inspirasi yang dalam dengan bahasa sederhana disampaikan beliau dalam aura kebapaan dan relasi yang begitu hangat.

Beberapa saat sesudahnya, mendaratlah pesawat kargo yang telah dinanti-nanti kawan ini.

Mendukung Inisiasi YOUCAT di Indonesia

IMG 1714

Dalam beberapa kesempatan aku pernah merasakan secara langsung bagaimana Mgr. Saklil sungguh mengarus utamakan orang muda dalam banyak hal. Kekurangan bukan jadi halangan. Semangat mendukung orang muda harus jadi alas dan cakrawala dalam berpikir dan berkarya. Terasa benar nuansa itu ketika kami mempersiapkan keberangkatan delegasi Indonesia menuju World Youth Day 2013 di Rio de Janeiro, maupun menuju Asian Youth Day 2014 (AYD 2014) di Daejeon, Korea Selatan. Tak heran rasanya dalam periode kepemimpinan beliau sebagai Ketua Komisi Kepemudaan lahirlah program Indonesian Youth Day pada 2012. Hadir pula Buku Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia “Sahabat Sepeziarahan” yang telah lama dinanti. Dan, aku pun takkan lupa bagaimana harunya kami, delegasi Indonesia dalam AYD 2014 pada momen Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2014 ketika menyaksikan Mgr. Ignatius Suharyo (Ketua Presidium KWI), Mgr. Saklil (Ketua Komisi Kepemudaan KWI ketika itu), dan RD. Yohanes Dwi Harsanto (Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI ketika itu) bersama-sama berdiri di panggung utama Haemi Castle menerima Salib Asian Youth Day usai Misa Penutupan AYD 2014 bersama Paus Fransiskus di Daejeon. Gereja dan OMK Indonesia menerima mandat sebagai tuan rumah penyelenggara AYD ketujuh yang kemudian diselenggarakan di Yogyakarta pada 2017.

Maka aku pun tak heran beliau, ketika itu sebagai Ketua Komisi Kepemudaan KWI, sangat mendukung diinisiasinya YOUCAT di Indonesia pada 2015. Dukungan itu nyata kami rasakan ketika beberapa kawan dan aku menghadap beliau usai kami mengikuti Kongres YOUCAT I di Tagaytay City, Filipina, dan menyampaikan aspirasi kami untuk menginisiasi YOUCAT Indonesia.

"YOUCAT ini bagus, harus dikembangkan. Orang muda harus semangat, jangan takut dan pantang menyerah..." Begitu seruan beliau ketika bertemu beberapa perwakilan YOUCAT Indonesia di Komisi Kepemudaan KWI 4 tahun lalu.

Kepercayaan terhadap kami terekspresikan jelas. “Saya kira siapa yang isi sesi katekese di CYD. Kalau kalian, sudahlah, saya tenang saja…” Ungkap beliau kepada kami diakhiri dengan tawa berderai di suatu pagi di awal November 2017 sebelum kami mengisi di acara Cenderawasih Youth Day (CYD) di Biak, Papua.

Secara terbuka kepercayaan itu diungkap beliau dalam homili Misa Pembukaan CYD ketika itu.

“Mengapa kamu takut panas? Mengapa kamu takut ombak? Mengapa kamu takut? Karena kamu kurang iman...”

“Orang muda harus beriman! Orang muda harus berani! Berani mempertanggung jawabkan imannya! Itulah bukti cintamu pada Yesus!”

“Kalau kamu mencintai Yesus, cintailah Ia tanpa alasan, tanpa pamrih.. Orang muda harus berani bersaksi! Berani bersaksi akan kekatolikanmu! Sehingga orang lain menghargai imanmu!”

“Itulah pentingnya "Youth Day"! Agar orang muda bangga menjadi orang Katolik, dan tetap mencintai Yesus sampai kapanpun! Karena itu pelajarilah Youcat, katekese orang muda, agar orang muda dapat memelihara iman, juga bekerja keras, enerjik, kejar cita-cita, berguna bagi sesama, hingga akhirnya bersatu dengan Yesus di Surga…”

Dan, kini beliau pun mendahului kita semua untuk bersatu dengan Yesus di Surga..

Terima kasih banyak telah menjadi inspirasi, teladan, dan Sahabat Sepeziarahan kami, orang muda Indonesia hingga akhir hayatmu. Semoga api semangatmu terus berkobar dalam sanubari setiap kami untuk berbakti pada Gereja, masyarakat, Indonesia, dan dunia. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini, Monsinyur..


Willem L. Turpijn

Berkarya di Yayasan Bhumiksara, pegiat YOUCAT Indonesia dan katekese komik @katekomika, dan aktif menjadi penulis dan editor.