Memahami Dan Menghidupi Trinitas

#tritunggalmahakudus, #berimanbukanrecehan,
12 June 2022
Memahami Dan Menghidupi Trinitas

Halo #Sobat YOUCAT!

Pada hari ini kita, bersama dengan seluruh umat Gereja, merayakan hari Tritunggal Mahakudus. Misteri Tritunggal Mahakudus merupakan inti dari iman Kristiani kita. Gereja sendiri mengakui bahwa inilah dasar dari semua misteri iman, sebuah misteri Tuhan di dalam diri-Nya sendiri, yakni: Satu Tuhan dalam tiga pribadi Ilahi. Misteri Tritunggal Mahakudus adalah sebuah kebenaran iman yang paling mendasar bagi kita, umat Kristiani. Kebenaran ini merupakan sesuatu yang tidak bisa didapatkan jika kita hanya mengandalkan akal budi saja (walaupun kebenaran ini tidak bertentangan dengan akal budi!). Ini adalah kebenaran yang berasal dari pewahyuan Tuhan sendiri.

Katekismus Gereja Katolik dengan jelas mengajarkan bahwa: Misteri Tritunggal Maha Kudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen. Itulah misteri kehidupan batin ilahi, dasar pokok segala misteri iman yang lain dan cahaya yang meneranginya. Itulah yang paling mendasar dan hakiki dalam "hierarki kebenaran iman" [KGK 234]. Misteri Tritunggal Mahakudus juga merupakan misteri iman terdalam karena ini berbicara tentang siapa sesungguhnya Allah kita dan bukan hanya apa yang dilakukan kepada kita dan dunia. Misteri iman yang lain merupakan karya Allah bagi kita seperti misteri penciptaan, misteri inkarnasi, dan misteri penebusan. Semua misteri ini bersumber dari Misteri Allah Tritunggal Mahakudus. Kebenaran tentang Allah Tritunggal ini sendiri merupakan sesuatu yang tersembunyi, bahkan sesuatu yang tidak bisa ditemukan oleh akal budi kita. Namun karena pewahyuan dari Sang Putra dan pengertian dari Roh Kudus, kita dapat melihat kebenaran iman ini.

Agar sedikit mengerti tentang misteri iman yang terdalam ini, kita setidaknya perlu berpegang pada tiga prinsip dasar ini:

  1. Hanya ada satu Tuhan,

  2. Baik Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus adalah Allah (1 kodrat ilahi),

  3. Namun, Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus adalah berbeda (3 pribadi ilahi)

Kita percaya hanya pada satu Tuhan, Allah yang Esa. Ajaran iman Kristiani adalah ajaran monotheisme. Katekismus Gereja Katolik juga dengan jelas mengatakan bahwa "Kepercayaan Kristen memegang teguh dan mengakui... bahwa Allah adalah Esa menurut kodrat, substansi, dan hakikat" [KGK 200].

Tentunya mudah bagi akal budi kita untuk menerima kebenaran bahwa Allah adalah Esa. Namun, pewahyuan tidak hanya berhenti di sana. Kehadiran Yesus di dunia membuka sebuah tabir misteri yang tidak akan pernah bisa dibuka oleh manusia: Allah yang Esa yang bangsa Israel sembah ini tidaklah sendirian. Yesus datang ke dunia bukan hanya sebagai Mesias yang membangun kembali Kerajaan Allah namun juga menunjukkan bahwa Dialah Putra Tunggal Allah yang berasal dari Allah sendiri.

Dalam Injil Yohanes 3:16, ditulis demikian mengenai Yesus: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dari ayat yang sangat terkenal ini kita mendapatkan kata “putra tunggal Allah”. Kata ini menjadi kunci untuk mengerti bahwa Yesus, sebagai Putra Allah, bukan sekadar secara kiasan atau diciptakan. Dia adalah Putra Allah karena berasal dari kodrat Allah yang adalah ilahi. Seperti halnya anak manusia memiliki kodrat manusia karena orang tuanya adalah manusia, Yesus adalah Allah karena kodratnya yang ilahi yang berasal dari Allah Bapa. Akan tetapi, kita perlu mengerti bahwa kelahiran sang Putra dari Bapa bukanlah kelahiran secara biologis karena Allah adalah Roh namun kelahiran yang terjadi di dalam keabadian di dalam Allah sendiri. __Sang Putra tidak diciptakan, dan selalu ada bersama Allah Bapa.

Dalam Yohanes 14:16-17 Yesus juga berjanji memberi penolong atau parakletos dalam Bahasa Yunani. Yang menarik adalah Yesus menggunakan kata Penolong “yang lain”. Mengapa? Karena Yesus adalah sang penolong pertama kita di hadapan Allah [lih. 1 Yoh 2:1]. Yesus dan Roh Kudus memiliki kesamaan yang mendasar yakni keduanya adalah sang Penolong atau Parakletos. Ini menunjukan bahwa Roh Kudus memiliki apa yang dimiliki oleh Sang Putra, yakni kodrat Ilahi.

Benar bahwa baik Bapa, Putra, maupun Roh Kudus adalah Allah, tetapi mereka bukan satu Allah yang tampil dalam berbagai berbagai bentuk atau modalitas, tetapi tiga pribadi yang berbeda. Untuk sedikit mengerti ini, kita perlu mengerti apa yang dimaksud dengan kata pribadi atau dalam Bahasa Yunani hypostasis atau dalam bahasa Latin persona.

Kita perlu membedakan antara kodrat dan pribadi. Secara sederhana, kodrat menjawab pertanyaan “Apa” sedangkan pribadi menjawab pertanyaan “Siapa”. Jika saya ditanya “apa itu saya?” saya jawab saya manusia; tetapi jika ditanya “siapa saya?”, jawaban saya adalah Rm. Bayu. Setiap pribadi memiliki akal budi dan kehendak bebas masing-masing. Sehingga sebagai pribadi saya berbeda dengan ayah saya, namun saya dan ayah saya sama dalam hal kodrat karena kami sama-sama manusia. Sama dengan Tuhan Allah, Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus, adalah tiga pribadi yang berbeda karena Bapa bukanlah Putra, dan Putra bukanlah Bapa, dan Bapa dan Putra bukanlah Roh Kudus.

Tiga pribadi ilahi juga memiliki akal budi dan kehendak bebas masing-masing. Namun perlu diingat bahwa karena mereka adalah satu kodrat ilahi, akal budi dan kehendak bebas mereka sungguh bersatu secara sempurna, sehingga apa yang dipikirkan Bapa juga dipikirkan Putra dan Roh Kudus, dan yang dikehendaki oleh Bapa, juga dikehendaki oleh Putra dan Roh Kudus.

Nah, berbeda dengan kodrat manusia yang terbatas dan diciptakan, kodrat ilahi sempurna dan kekal. Karena kodrat manusia yang terbatas, satu kodrat manusia dan satu pribadi akan membentuk satu orang yang independen dari yang lainya, seperti saya satu orang, dan ayah saya orang yang berbeda. Namun, hal ini sangat berbeda dengan kodrat ilahi, yang walaupun ada 3 pribadi, kodrat ilahi tidak terbagi-bagi sehingga ada tiga Tuhan. Hanya ada satu kodrat ilahi, dan setiap pribadi ilahi memiliki kodrat ilahi ini secara penuh dan utuh. Sehingga Trinitas bukanlah tiga tuhan, tetapi satu Allah di dalam tiga pribadi ilahi: Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Memang benar bahwa kata Trinitas sendiri tidak ada di Kitab Suci. Kata ini pertama kali digunakan oleh Tertulianus, seorang penulis Gereja, pada tahun 200an.Tetapi walaupun tidak ada kata Trinitas dalam Kitab Suci, kebenarannya sungguh diwahyukan di dalam Kitab Suci.

Misteri Tritunggal tidak seperti film misteri yang penontonnya dibuat penasaran dan menebak-nebak hingga akhir film. Misteri Tritunggal tidaklah misterius seolah-olah terdapat banyak rahasia dan keanehan. Jauh dari kata misterius, Tritunggal telah diwartakan dan dijelaskan secara terbuka sejak lahirnya Gereja. Misteri Tritunggal seperti misteri kasih. Misteri kasih itu sangat nyata, namun kita tidak memiliki kapasitas intelektual untuk mengerti secara sepenuhnya.

Kita perlu melakukan usaha untuk tumbuh di dalam misteri itu. Menjadi bagian dari misteri adalah rahmat karena apapun yang kita lakukan kita tidak bisa mendapatkannya. Itu diberikan secara cuma-cuma. Sama seperti kasih; mengasihi dan dikasihi sepenuhnya cuma-cuma, tetapi bukan berarti murahan. Kita tidak dapat memaksa seseorang untuk mencintai kita. Namun, ketika kita menerima kasih, kita perlu melakukan bagian kita untuk tumbuh di dalam kasih itu. Jika tidak, kasih itu akan diambil dari kita dan mungkin tidak pernah akan kembali.

Demikian halnya dengan misteri Tritunggal. Tuhan dengan bebas menawarkan persahabatan-Nya, tetapi kita perlu melakukan bagian kita untuk hidup dan bertumbuh dalam misteri ini.

Sumber: Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP Ditulis ulang oleh: Richardo