Manusia Kebangkitan Di Tengah Gemerlap Dunia

Christus Vivit, Fransiscus,
30 April 2019
Manusia Kebangkitan Di Tengah Gemerlap Dunia

Dalam pesan vigili Paskah di Basilika Santo Petrus kemarin, Paus Fransiskus menyuarakan agar seluruh umat beriman selalu waspada menolak godaan untuk mengejar gemerlap dunia, menjauhkan diri dari upaya pencarian makna hidup dalam barang-barang fana yang akan lewat begitu saja.

"Jangan mengubur harapan!" Seru Paus Fransiskus, "Janganlah kita kehilangan nyali dan mulai mempercayai bahwa kematian lebih kuat daripada kehidupan."

“(Dengan begitu) Kita menjadi sinis, berpikiran negatif, dan gundah.” tambahnya.

“Dosa terus mencobai kita; ia menjanjikan hal-hal yang cepat dan mudah, kemakmuran dan kesuksesan, namun, pada akhirnya hanya menyisakan kesendirian dan kematian”, kata Bapa Paus. “Dosa itu seperti mencoba mencari kehidupan di tengah kematian, dengan mencari makna hidup di balik barang-barang fana yang akan lewat begitu saja.”

Kita juga bisa amati di sekitar kita - sebagai akibat dari "kolonisasi ideologi" - maraknya paham-paham di tengah orang muda yang menumbuhkan dalam hati mereka sebuah kehausan yang tak pernah terpuaskan, yang berkontribusi mendorong budaya pakai-buang tersebut; dimana ironisnya orang muda itu sendiri-lah yang akan menjadi korban terakhirnya. (Christus Vivit 78).

Tetapi, Sri Paus mengingatkan, “Mengapa tidak lebih memilih Yesus, sang terang sejati, daripada gemerlap harta kekayaan, karir, kebanggaan, dan kepuasan?

Bagi umat Kristen, Paskah adalah hari penuh sukacita dan harapan, yang ditandai dengan iman akan Yesus Kristus yang berjaya atas kematian dengan kebangkitan-Nya sesudah penyaliban.

===========

Bercermin kembali di beberapa dekade yang lalu, Bapa Paus Leo XIII dalam ensiklik Rerum Novarum sudah lebih dulu memperingatkan kita bahwa kekayaan tidak akan mendatangkan pembebasan dari penderitaan atau membantu mencapai kebahagiaan kekal; namun justru menghalangi kebahagiaan itu.

Selain itu, dalam Rerum Novarum, alih-alih menumpuk kekayaan, juga diserukan ajakan untuk bermurah hati dan berjiwa besar, dengan memberikan kepada sesama apa yang mereka butuhkan. “Tak seorang pun boleh hidup secara tidak layak!”

Pada 2 April kemarin, Bapa Paus Fransiskus dalam anjuran apostolik Christus Vivit dengan senada juga menghimbau secara khusus kepada kaum muda agar jangan terseret dalam arus globalisasi dan budaya-budaya tidak sehat yang mempromosikan budaya konsumerisme dan upaya-upaya mencari makna hidup dari gemerlap kekayaan duniawi.

Dalam dokumen Christus Vivit itu juga, Gereja mengajak orang muda untuk berani menjadi diri sendiri, karena Tuhan telah memberikan anugerah kepada orang muda jauh melebihi segala harta benda di bumi. “Berani jadi lebih, karena siapa dirimu lebih berharga dari segala harta benda.”

Siapa diri kita? Pribadi yang dicintai Yesus sehabis-habisnya hingga Ia rela dipaku di kayu salib, mati, dan kemudian Ia hidup kembali - sehingga kebangkitan-Nya memberikan kita harapan akan kehidupan yang mengalahkan kematian! (1 Kor 15)

===========

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Keluarlah, dan berikan dirimu bagi sesama! Itulah yang juga ditawarkan Paus Fransiskus dalam Christus Vivit. Sementara dosa mendorong kita menumpuk kekayaan dan memuaskan ego kita, Roh Kudus mengajak kita untuk keluar dan hadir menolong sesama kita.

Keluarlah, dan ikutlah merasakan penderitaan orang lain. Rasakanlah bahwa di dalam penderitaan orang-orang miskin, orang jompo, orang cacat, ataupun para sahabat kita ada juga derita Kristus di situ (Mat 25:40). Menangislah untuk dan bersama mereka seperti halnya kita selalu tertegun memandang Yesus yang tersalib (Christus Vivit 76). Ikutilah apa yang hati-kecilmu suarakan.

Dengan begitu, kita tidak akan pernah gagal menemukan cara-cara baru dalam menolong sesama kita, mulai dari orang-orang terdekat dalam hidup kita - seperti keluarga dan teman-teman kita misalnya.

Kitalah roti yang dipecahkan oleh Yesus untuk memenuhi kebutuhan orang banyak; kita mungkin kecil namun kemauan kita dan kekuatan Roh Kudus memampukan kita untuk memberi dampak lebih. Kita dapat bangkit secara utuh menjadi seorang yang mati bersama Kristus di salib; manusia lama kita luntur bersama tangisan kita bagi orang yang menderita dan kemudian kita bangkit bersama Kristus sebagai manusia dengan hati yang terbuka lebar untuk menolong sesama kita.

Mengulang yang dikatakan Santo Agustinus: "Kita adalah Manusia Paskah dan Alleluia adalah nyanyian kita!" Kitalah manusia baru yang membawakan nyanyian baru penuh sukacita, bukan lagi nyanyian sedih meratapi dosa dan kegagalan kita. Nyanyian kita adalah nyanyian indah yang diwartakan dalam buah hidup keseharian kita yang bangkit bersama Kristus yang hidup!

Dengan cara inilah kita sebagai #ManusiaKebangkitan dapat lebih memilih Yesus yang hidup, sang terang sejati, sumber sukacita ilahi yang tak akan pernah habis, daripada gemerlap harta kekayaan, karir, kebanggaan, dan kepuasan sesaat!

Sumber: Vatican News