Karya Sobat YOUCAT Calse Ratnasari Soegiarto

25 August 2021
Karya Sobat YOUCAT Calse Ratnasari Soegiarto

Nama : Calse Ratnasari Soegiarto Judul : Everyday Feels Like Summer With You Media : Pensil warna dan kertas A4 Paroki : St.Paulus Wonosobo

Desember 2020, adalah masa-masa awal kerjaku, juga bisa dibilang sebagai masa peralihan, karena aku akan pergi ke ibu kota yang belum pernah aku kunjungi. Aku akan pergi ke Jakarta.

Saat itu, aku masih tinggal di daerah Jawa tengah, tepatnya Kabupaten Wonosobo. Salah satu tempat wisata terpopulernya, mendapat julukan negeri diatas awan. Bisa terbayang, bukan? Betapa dinginnya udara disana pada pagi dan malam hari.

Diantara rasa gelisahku, diantara rasa penuh pengharapan yang timbul tengelam dengan resah, aku yang dibalut udara dingin, seperti tengah berada di dalam suasana musim salju. Satu hal yang selalu kuingat, saat itu sinar matahari selalu berhasil membuatku kembali tenang, kembali kuat, tersenyum, dan damai. Entah saat matahari pagi atau sore hari. Mungkin, karenanya terbayang olehku saluran kasih Allah dan diam-diam memberikanku kekuatan, juga semangat baru. Seperti anak-anak itik yang mencicit riuh kedinginan saat bohlam lampu di kandangnya mati, dan diam tenang saat bohlam lampu menyala.

Jadi teringat, bagaimana saat itu aku selalu menghabiskan tiap pagiku pergi kegereja. Aku selalu mengikuti misa pagi, karena aku tahu, kemewahan ini tidak akan lagi kuperoleh saat aku di Jakarta. Aku ingin menghabiskan banyak waktu yang kupunya untuk dekat dengan Sakramen Mahakudus. Setelahnya aku akan berjalan-jalan di alun-alun, mencari sinar matahari yang malu-malu, sebelum akhirnya kembali ke rumah, untuk bekerja secara virtual.

Tidak akan kulupa, bagaimana akhir tahun lalu dipenuhi dengan orang-orang yang kehilangan pekerjaannya, putus asa dengan masa depannya, juga orang-orang yang kesulitan untuk tetap percaya kepada Tuhan. Aku ingat masa-masa itu, adalah masa-masa dimana media sosial katolik berupaya menjelaskan bagaimana caranya tetap memelihara iman, dalam situasi berbeda, situasi kacau dalam keheningan. Seolah tiap orang tengah kedinginan, dilanda musim salju. Sama seperti bangsa romawi beberapa abad lalu yang mengalami fenomena alam Winter Solistice. Mungkin, sinar matahari terasa sebagai anugrah bagi mereka. Sehingga saat matahari tiba, mereka bersorak-sorai, dan mempersembahkannya sebagai hari lahir Yesus kristus.

Saat itu, aku ingin menggambarkan apa yang aku percayai. Bahwa Ia tidak pernah pergi. Ia selalu hadir. Sama seperti mentari, jauh dari mata kita, tapi kita masih mampu melihatnya, membayangkannya, merasakan sapuan hangat cahayanya, tetapi sedikit dari kita yang mampu mengalami damai saat menerima pancaran hangatnya. Butuh badai musim salju, butuh dingin yang sangat-barang kali-untuk kita menyadari bahwa kasihNya selalu ada, dan bahkan sungguh luar biasa.

Kali ini, sama seperti seruan sorak sorai bangsa romawi, aku rasa kita juga bisa melakukannya, dalam keheningan, melalui kasih, iman, harapan dan kerendahan hati. Sebab kita tidak akan memahami, seperti apa kasihNya yang sesungguhnya. Sama seperti Ayub yang kehilangan kata-kata saat ditanyai Allah, bahkan akhirnya tetap memilih untuk mengasihi Allah (Ayb 38:1-42:6). begitupula kita. Sama seperti suara Bunda Maria dalam doaku : “Terimalah, meskipun kamu tidak mengerti apa yang Putraku berikan.”

Gambar ini, sengaja aku buat dengan latar pucat musim salju, dan cahaya matahari yang menerobos jendela. Sinar matahari, merefleksikan Tuhan Yesus yang sebenarnya tidak hadir secara fisik. Tapi melalui kehangatan dan kedamaian jiwa yang Ia izinkan untuk menjadi tuan rumahNya. Tuan rumah itu, aku gambarkan sebagai seorang gadis yang tidak memiliki apa-apa. Ia tidak memiliki gorden pada jendelanya, tidak memiliki selimut, baju tidurnya tipis dan sederhana, bantalnya keras, wajahnya memucat dan hidungnya memerah, ia meringkuk kedinginan. Tetapi wajahnya tersenyum, sebab ia mampu merasakan dan menerima Yesus, bersyukur pada Yesus, walau hanya tertimpa sedikit sinar matahari.

Oleh karenanya, bukan lagi dingin yang ia rasakan dalam tidurnya, tetapi ia mulai memimpikan musim panas. Dimana ladang mulai bersemi dengan baik, tumbuhan tumbuh dengan subur, kebahagiaan yang luar biasa, sama seperti judul karyaku yang aku ambil dari salah satu lirik lagu soundtrack film kartun “Shaun the Sheep”. Ya, Everyday feels like summer with you. Sebab musim panas selalu terkesan mengasikkan. Seolah penuh harapan, tawa, bahagia, dan bebas.

Semoga, Tuhan merestui niat tulusku dan team Youcat, God bless