Jadi Anak Tuhan ala Yesus

#5thyoucatid, #youcat, #youcatid, #katekismuspopuler, #omkindonesia, #berimanbukanrecehan,
23 April 2021
Jadi Anak Tuhan ala Yesus

Jadi anak Tuhan ala Yesus, memang bisa?

Bisa, dong! Bukankah kita semua memang ingin makin menjadi seperti Yesus melalui perkataan dan perbuatan kita setiap harinya? Pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana caranya?

Nah, kita akan belajar tentang satu hal dari Yesus, dimana satu hal ini tidak dapat dipisahkan dariNya ketika Ia melakukan kehendak BapaNya, yaitu ketaatan.

Kalau boleh jujur, kita semua harus mengakui ketaatan bukanlah hal yang mudah, terutama kalau kita ditempatkan di posisi yang tidak menyenangkan. Misalnya ketika kita di tempat kerja, dimana atasan meminta kita melakukan sesuatu yang akan menambah tugas kita dan bahkan membuat kita lembur, tapi tidak dibayar. Atau melakukan sesuatu yang seharusnya bukan job description utama kita. Atau harus meeting berulang kali sampai malam.

Tidak usah jauh-jauh, misalkan juga ketika kita di rumah. Kita sudah lelah pulang dari sekolah/kampus/tempat kerja, lalu ayah/ibu meminta kita membantu melakukan pekerjaan rumah. Pilihannya kita akan dengan senang hati melakukannya atau kita akan menggerutu melakukannya, atau malah kabur dan tidak melakukannya.

Dari sini kita semua belajar bahwa ketaatan tidaklah mudah, dalam hal kecil sekalipun. Ketaatan bukanlah hal yang dilakukan sekali-kali, tapi setiap hari. Yang membuat ketaatan itu sulit ialah karena ketaatan terkadang menuntut penyangkalan diri dan kerendahan hati. Secara alamiah, kita sebagai manusia yang masih memiliki kedagingan tentu ingin melakukan hal-hal yang kita sukai dan membuat nyaman. Namun seringkali ketaatan akan menuntut kita melakukan pengorbanan, menempatkan kita dalam posisi yang tidak nyaman, dan membuat kita melakukan hal-hal yang sesungguhnya enggan kita lakukan karena mungkin merepotkan dan melelahkan.

Nah, kalau kita taat sama manusia saja susah, bagaimana dengan Tuhan? Lebih mudah, karena Tuhan itu ‘kan sempurna! Hmmm... yakin? Bukankah kita sendiri sering menyakiti hatiNya ketika kita lebih mengikuti keinginan daging kita? Yuk, dalam kesempatan ini kita mau belajar dari Yesus! Meski Yesus adalah Tuhan, namun ia sendiri juga merupakan Putera, seorang Anak. Mari kita lihat bagaimana teladan Yesus dalam hal ketaatan sebagai seorang anak kepada BapaNya, melalui Injil Yohanes 5:19-47. Dalam perikop itu, Yesus tidak hanya menceritakan diriNya sendiri dalam setiap karyaNya, tapi juga bercerita tentang Bapa yang telah mengutusNya. Dengan ketaatanNya juga Yesus telah menjadi saksi akan karya Bapa, lewat hal-hal luar biasa yang Ia lakukan selama hidupNya di dunia.

Beberapa poin yang dapat kita pelajari soal ketaatan Yesus dalam perikop Injil Yohanes tersebut adalah:

  • Yesus mengatakan jika Dia tidak bisa berbuat apa-apa dari diriNya sendiri kalau bukan dari Bapa.

    Alasannya? Karena Yesus mau mengajarkan kita untuk taat dan mengandalkan Bapa dalam segala hal, bukan kepada kekuatan diri sendiri atau bahkan orang lain. Pertanyaannya, apakah kita melakukan seperti yang Yesus telah lakukan? Apakah kita bersedia mengandalkan Allah dalam segala hal atau kita merasa kita bisa hanya dengan mengandalkan diri sendiri? Kita sendiri juga dapat membaca di Filipi 2:6-8 :

    “Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

    Dari sini kita belajar bahwa Yesus mau merendahkan diri-Nya dan taat kepada kehendak Bapa. Ketaatan menuntut penyangkalan diri dan kerendahan hati. Memang tidak mudah dilakukan, namun dengan mengandalkan rahmat dari Allah Bapa, seperti Yesus yang mengandalkan BapaNya, kita semua akan bisa melakukannya. Kita bisa taat kepada kehendak Bapa dalam segala hal.

  • Yesus juga mengajarkan untuk selalu berbuat baik dan menjauhi yang jahat. Apakah kita mau taat juga kepada Yesus untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi yang jahat dalam setiap situasi hidup kita? Ataukah kita cenderung “berkompromi” dengan situasi kita?

  • Yesus mengatakan bahwa Bapa telah memberi kuasa kepadaNya untuk menghakimi dunia dan karena ketaatanNya, Yesus menerima tugas itu. Yesus menghakimi sesuai dengan apa yang Dia dengar. Dia tidak menghakimi menurut kehendakNya sendiri tetapi menurut kehendak Bapa yang mengutus Dia (Yoh 5:30).

    Sobat YOUCAT, berbicara tentang menghakimi itu sudah seperti santapan harian kita. Seringkali kita menghakimi sesama kita menurut kehendak kita sendiri, bukan berdasarkan pada kenyataan yang sebenarnya, apalagi kalau kita tidak menyukai orang tersebut. Bisa lebih parah lagi kalau menghakimi itu menjadi salah satu hobi kita.

    Kita diajak oleh Yesus untuk bisa melihat kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri sesama kita, bukan hanya berfokus pada kesalahan orang lain. Yesus pernah mengatakan bahwa apapun yang kita pakai untuk mengukur orang lain, itu juga yang akan dipakai menjadi ukuran kita. Yuk, kita berubah dan menjadi anak yang seperti Yesus dengan tidak menghakimi menurut kehendak kita sendiri!

  • Yesus menjadi saksi, Ia selalu bercerita akan segala hal yang dilakukan BapaNya. Yesus berani bercerita karena Dia memiliki hubungan yang begitu dekat dengan BapaNya sehingga membuat Dia dan Bapa adalah satu. Sebenarnya kalau Yesus mau, Dia bisa saja bercerita tentang diriNya tanpa harus melibatkan Bapa tetapi itu tidak Yesus lakukan. Ketaatan dan cintaNya kepada Bapa membuat Ia selalu menomor-satukan kehendak BapaNya. BapaNya menjadi yang terutama, bukan diriNya sendiri.

    Bagaimana dengan kita, Sobat YOUCAT? Daripada kita bercerita tentang keunggulan kita sendiri sambil bercerita tentang kelemahan orang lain, bukankah lebih baik kita meniru ketaatan Yesus untuk selalu menomor-satukan Bapa dan membiarkan Bapa yang dipermuliakan dalam hidup kita?

    Kita, baik secara pribadi maupun bersama, mau belajar menjadi saksi dan bercerita tentang Yesus yang kita kenal dan telah berkarya secara luar biasa dalam hidup kita. Kita dapat melakukannya lewat media sosial, seperti FB, Instagram, Whatsapp bahkan melalui blog pribadi kita, agar makin banyak orang makin mengenal dan dekat dengan Yesus dan Bapa-Nya. Dan tidak lupa pula kita tetap membina hubungan dekat dengan Allah Bapa dan Putera dalam kehidupan setiap harinya.

Sobat YOUCAT, marilah kita menjadi anak ala-ala Yesus yang selalu taat dalam menjalankan kehendak Bapa. Kita mau belajar untuk selalu menjadi anak Tuhan dalam setiap pengalaman hidup kita, bahkan dalam badai kehidupan yang tengah kita alami. Kita perlu selalu mengingatkan diri kita bahwa kita adalah putra-putri kesayangan Tuhan, dan ingin selalu menyenangkanNya. Apakah yang akan kamu lakukan untuk menyenangkanNya? Apakah lewat kamu lebih memilih kedaginganmu dibandingkan taat pada kehendakNya dalam hal terkecil setiap hari? Hmmm… aku rasa jawabannya tidak.

(Oleh: Sr. Maria Imaculata, CJD)

Sumber gambar : www.gambar.pro/