Indulgensi, Karunia Harta Gereja yang Tak Ternilai

#berimanbukanrecehan, #indulgensi,
01 November 2021
Indulgensi, Karunia Harta Gereja yang Tak Ternilai

Ada sebuah kisah menarik ketika saya tinggal di sebuah komunitas biara. Ketika ada seorang frater yang sedang merayakan ulang tahun, maka ada sebuah ‘tradisi’ dimana frater yang merayakan ulang tahun itu diceburkan oleh para saudaranya di sebuah kolam ikan di dalam biara itu. Sesudah diceburkan maka dalam keadaan basah frater itu berusaha mencari teman untuk diajak basah-basahan. Akan tetapi karena lantai biara menjadi basah dan kotor, maka pimpinan biara menegur supaya lantai tersebut dibersihkan. Maka dengan penyesalan, frater itu meminta maaf kepada pimpinan biara akan lantai biara yang kotor yang dikarenakan oleh ulahnya tersebut. Pimpinan biara dengan baik hati memaafkan, akan tetapi bekas lantai kotor itu masih ada. Akhirnya, pimpinan biara menyuruh mempertanggungjawabkan kesalahan frater ini dengan membersihkan lantai yang kotor itu. Dari kisah di tersebut kita melihat bahwa ada dua hal yang frater itu peroleh yaitu hukuman (siksa dosa) dan juga dosa.

Indulgensi adalah perwujudan dari harta kekayaan rohani Gereja yang tak ternilai. Kita mengetahui bahwa Yesus Kristus yang wafat di kayu salib merupakan kurban penebusan yang tidak hanya cukup untuk menebus dosa manusia, tetapi juga merupakan sebuah kurban penebusan yang berlimpah dan melampaui segala-galanya. Karunia rahmat penebusan itu tidaklah kurang untuk memberikan kepada semua manusia rahmat penebusan yang tak ternilai itu. Akan tetapi Rasul Santo Paulus mengajak kita supaya ikut dalam penderitaan Kristus (bdk. Kol 1:24). Teladan hidup para kudus telah memberikan sebuah contoh tindakan yang sempurna dalam menjawab panggilan seperti yang telah diteladankan Kristus. Karena itu harta kekayaan rohani yang bersumber dari teladan hidup Kristus dan para kudus mengalir bagi segenap anggota Gereja. Dengan indulgensi, Gereja memohonkan kepada Tuhan suatu rahmat agar mengangkat siksa dosa yang bersifat kekal atau sementara bagi orang yang ada di dunia maupun bagi jiwa-jiwa yang berada di Api Penyucian.

Gereja secara jelas menjelaskan indulgensi. Katekismus Gereja Katolik 1471 memberikan definisi indulgensi sebagai “penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3). Kitab Hukum Kanonik kan. 992 mendefinisikan indulgensi sebagai “penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi persyaratan tertentu yang digariskan dan dirumuskan, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan, secara otoritatif membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para Kudus.”

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa indulgensi adalah untuk menghindarkan orang-orang yang masih hidup dari siksa dosa sementara di api penyucian dan bagi jiwa-jiwa di api penyucian dapat mengurangi siksa dosa sementara yang meraka alami.

Untuk memperoleh indulgensi secara keseluluruhan dapat dengan cara berikut ini:

  1. Mengaku dosa dalam perayaan Sakramen Tobat

  2. Berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi

  3. Berdoa untuk intensi Bapa Suci

  4. Melakukan apa yang ditentukan dalam indulgensi dan melaksanakannya dengan hati yang menyesal

  5. Bebas dari keterikatan dosa, baik dosa berat ataupun dosa kecil.

Untuk memperoleh indulgensi secara sebagian dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

  1. Doa yang dilakukan secara bersungguh-sungguh

  2. Doa meditasi yang dilakukan dengan teratur dan secara sungguh-sungguh

  3. Doa rosario yang dilakukan di gereja atau kapel, keluarga, komunitas, dll

  4. Membaca Alkitab dengan penuh devosi dan hormat karena Alkitab adalah Sabda Tuhan dan merupakan bacaan rohani

  5. Membuat tanda salib secara sungguh-sungguh.

Dengan demikian, maka kita harus bersyukur atas harta kekayaan rohani Gereja yaitu suatu rahmat yang senantiasa mengalir dari misteri Penebusan Kristus bagi seluruh anggota Tubuh-Nya. Juga teladan hidup para kudus yang semakin memperkaya harta rohani Gereja dalam berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Kita semua juga diajak untuk turut serta ikut ambil bagian dalam mengisi pundi-pundi kekayaan Gereja dengan cara hidup kudus seperti yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, mari kita berusaha hidup kudus dan juga bersama mensyukuri serta menggunakan indulgensi ini dengan baik dan tepat.

(Oleh : Daniel Febri Krismawan)