Ia Melihat Sesuatu dan Percaya Sesuatu yang Lain

#berimanbukanrecehan, #5thyoucatid, #tomasdidimus,
09 April 2021
Ia Melihat Sesuatu dan Percaya Sesuatu yang Lain

Kira-kira apa yang akan terlintas di benak Sobat YOUCAT jika ditanyakan mengenai Santo Thomas Rasul? Ternyata sebagian besar memberikan jawaban,__ “Oh, Santo Tomas Rasul__ itu rasul yang tidak percaya kalau Tuhan telah bangkit, kan?“

Bahkan ‘Si Tomas yang tidak percaya itu’ telah berkembang menjadi sebuah stigma di kehidupan sehari-hari umat kristiani. Misalnya, pernah gak Sobat YOUCAT mendengar ada teman/keluarga yang mengucapkan, “Kamu sih ga percaya kalau dibilangin, dasar kamu Si Tomas!”

Kedua contoh di atas menunjukkan betapa hal yang kita ingat tentang Santo Tomas Rasul pada umumnya hanyalah sikap tidak percaya darinya, dan lebih dari itu kita cukup jarang mengetahuinya. Kisah tentang Santo Tomas Rasul dan ketidakpercayaan dapat kita lihat di Yoh 20:19-29:

__ “.....Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus,__ *tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata * *murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi * *Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada** tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya……” (Yoh 20:24-25)

Berdasarkan perkataan Tomas pada Yohanes 20:25, dapat kita lihat bahwa Tomas memang benar-benar tidak akan percaya bahwa Tuhan telah bangkit dari antara orang mati, kecuali dia melihat dan menyentuh-Nya secara langsung. “Sungguh Tomas yang payah!” - begitulah tanggapan sebagian umat yang membaca ayat ini. Tapi, tahukah sobat bahwa sebenarnya ada nilai yang cukup bermakna yang bisa kita petik dari sikap ‘Tomas yang tidak percaya itu’ ? Nilai itu adalah ‘pengertian.’

Setiap tindakan yang kita lakukan dalam hidup ini pasti memiliki alasan, yang dimana tentu kita sendiri percaya bahwa alasan itu baik adanya. Tomas sendiri pun pasti punya alasan mengapa dia tidak mudah percaya akan kebangkitan Tuhan, kecuali jika dia melihat Tuhan secara langsung. Namun, sebagian orang langsung beranggapan bahwa ‘Tomas itu payah’ tanpa mencoba untuk mengerti apa sebenarnya yang menjadi alasannya. Mungkin, dalam hidup sehari-hari pun kita masih sering menganggap teman kita ‘payah’ karena dia tidak percaya akan saran/pendapat kita, kemudian kita langsung merasa kesal kepada teman kita itu tanpa mencoba untuk mengerti, apa sebenarnya yang menjadi alasannya tidak mempercayai saran kita.

Tomas – yang disebut juga Didimus (artinya: kembar) – adalah seorang nelayan pembantu. Ia tidak memiliki perahu seperti Petrus dan Andreas. Hidupnya hampir selalu serba kurang. Hal inilah yang membuat dia bersikap selalu hati-hati, pesimis dan cepat menyangka akan terjadi hal yang buruk atas dirinya. Nah, sekarang pasti Sobat YOUCAT sudah mulai mengerti alasan mengapa Tomas bersikap tidak mudah percaya, bukan? Semoga hal ini dapat membantu mengubah cara pandang kita kepada Tomas untuk menjadi lebih baik dan tidak akan lagi menganggap bahwa Tomas itu payah.

Dan begitu juga dalam hidup sehari-hari, di saat kita mencoba untuk mengerti hal yang menjadi alasan, mengapa teman kita tidak percaya akan saran/pendapat kita, pasti kita tidak akan dengan mudahnya langsung menghakimi bahwa ‘teman kita itu payah.’ Malah dengan adanya rasa pengertian, hal itu terkadang membantu kita untuk mengoreksi diri sendiri, ”Apa mungkin aku yang salah, ya? Apa mungkin ada yang kurang tepat dengan saran/pendapatku kepadanya?”

Selain nilai ‘pengertian,’ kita juga bisa memetik nilai ‘kebijaksanaan’ dari ketidakpercayaan Tomas itu. Sikap Tomas mengingatkan kita untuk lebih bijaksana dalam mempercayai suatu hal. Pada faktanya, tidak semua hal yang kita dengar maupun lihat harus dipercayai, apalagi di zaman yang cukup canggih seperti sekarang ini. Orang-orang dengan mudahnya menyebarkan berita bohong (hoaks) melalui media sosial, banyak orang juga berlomba-lomba untuk membagikan “kebahagiaan” mereka di media sosial, dimana pada faktanya tidak sedikit dari “kebahagiaan” tersebut hanyalah pencitraan belaka agar dipuji ataupun dikagumi orang lain.

Ketidakpercayaan Tomas akan kebangkitan Tuhan sebenarnya merupakan tindakan yang kurang tepat, mengingat seperti yang telah kita ketahui, bahwa Tomas merupakan rasul Yesus dan sudah cukup lama hidup bersama Yesus. Seharusnya Tomas mengenal dan mengerti betul siapa sosok Yesus itu dan tidak dengan gegabah memutuskan untuk tidak mempercayai kesaksian rasul yang lain tentang kebangkitan Tuhan, hanya karena belum melihat-Nya secara langsung. Begitu juga dalam kehidupan kita sehari-hari, selayaknya kita bisa lebih bijaksana dalam mempercayai berbagai informasi, apalagi “gosip/julid” sepertinya sudah menjadi tradisi di kehidupan kita sehari-hari. Maka, jika suatu waktu mungkin kita mendengar “gosip/julid” yang ditujukan kepada seseorang yang ternyata adalah sahabat yang telah kita kenal cukup lama, bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun, kita harus belajar untuk lebih bijaksana dalam mempercayai atau tidak hal tersebut, bahkan kita bisa juga berperan untuk menjadi pelurus informasi manakala informasi yang disampaikan kurang tepat.

Selanjutnya, dalam Yoh 20:26-29, kita dapat melihat bagaimana sikap Tomas saat Yesus akhirnya datang kembali menemui para rasulNya, termasuk Tomas.

Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku !" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Tentang sikap Tomas ini, Santo Agustinus menulis: ”Dengan pengakuannya dan dengan menjamah luka Tuhan, ia sudah mengajarkan kepada kita apa yang harus dan patut kita percayai. Ia melihat sesuatu dan percaya sesuatu yang lain. Matanya memandang kemanusiaan Yesus, namun imannya mengaku ke-Allah-an Yesus, sehingga dengan suara penuh gembira tercampur penyesalan mendalam, ia berseru: ‘Ya Tuhanku dan Allahku.’” (Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM, 1993).

Melalui Yoh 20 : 29, kita dapat melihat pernyataan Yesus kepada Tomas: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Melalui kutipan tersebut, kita hendak diingatkan tentang bagaimana sesungguhnya keyakinan/iman kita akan Yesus Kristus. Apakah kita sungguh-sungguh meyakini bahwa Kristus telah bangkit, hidup kembali, menakluk kan kematian? Jika iya, apakah keyakinan kita itu tampak dan terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah hidup kita sudah mewartakan kebangkitan Kristus? Bagai manakah kita memandang penderitaan, masalah-masalah hidup, permusuhan dan pertentangan terhadap diri kita sebagai pengikut Kristus? Apakah kita tetap bersemangat dan optimis dalam hidup ini, apapun yang terjadi?

Kalau ya, itu tandanya kita yakin akan Kristus yang bangkit.

(Fransisca Teratai)