FIAT VOLUNTAS TUA

#youcat , #youcatid, #katekismuspopuler, #omkindonesia, #berimanbukanrecehan, #sekolahdoa, #bulanMaria, #fiatvoluntastua, #berdoa, #doa,
07 May 2021
FIAT VOLUNTAS TUA

Oleh: Daniel Febri Krismawan

Fiat Voluntas Tua !

Apakah Sobat pernah mendengar kata-kata ini? Tentu bagi orang yang tahu atau pernah mendengarnya, akan mengerti betapa indah dan dalam makna dari kata-kata itu, dan bagaimana kita sebagai umat Kristiani berharap dapat selalu dengan berani mengatakan dan melakukannya. Namun yang belum mengerti akan bertanya-tanya, apa 'sih maknanya?

Dalam Bahasa Indonesia, Fiat Voluntas Tua memiliki arti "jadilah menurut kehendak-Mu". Kata-kata ini terdapat dalam rumusan doa Bapa Kami dalam versi Bahasa Latin, "...adveniat regnum tuum, fiat voluntas tua, sicut in caelo et in terra…" Kita semua tentu mengenal doa Bapa Kami dan melafalkannya hampir setiap hari. Doa Bapa Kami sendiri adalah doa yang diajarkan secara langsung oleh Yesus kepada murid-murid-Nya ketika para murid meminta diajar untuk berdoa seperti yang dilakukan oleh para murid Yohanes Pembaptis (bdk. Lukas 11:1-4).

Kata-kata “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu” adalah kata-kata vital yang sering kita dengarkan dalam homili, doa, dan sambutan ataupun kita lihat dalam kartu-kartu souvenir tahbisan, kaul kekal, dan penerimaan jubah biara. Mengapa kata “Fiat” begitu banyak dipakai sebagai motto hidup? Tentu harapannya tidak hanya menjadi kata-kata indah belaka saja, namun dapat menjadi sikap iman kita sebagai pengikut Kristus.

Kita semua pertama kali mengenal kata Fiat pertama kali diucapkan dalam Kitab Suci oleh Bunda Maria. Ketika ia menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel, ia membuat komitmennya untuk taat kepada kehendak Allah dengan mengatakan fiat mihi secundum verbum tuum! (Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!). Kalimat itu adalah bentuk persetujuannya secara bebas untuk menerima dan melaksanakan kehendak Allah, untuk mengawali tugas yang mulia, yang merupakan perwujudan misteri iman dimana Sabda menjadi manusia. Bunda Maria bukan hanya sekedar mengatakannya, tetapi sungguh melaksanakannya sepanjang hidupnya, tidak peduli badai apapun yang datang, tidak peduli meskipun ia tidak mengerti apa sebenarnya yang hendak Tuhan lakukan. __Kata fiat bukan hanya sekedar kata tetapi perwujudan dari ketaatan Bunda Maria yang terpancar dari kemurnian hidup Bunda Maria. __

Dan fiat ini tidaklah hanya berhenti pada Bunda Maria saja. Sebagai seorang ibu yang baik, meskipun anaknya adalah Tuhan sendiri, ia tentu juga mengajarkan kepada Yesus bagaimana untuk tetap taat kepada kehendak Allah, selain mengajarkan tentang kebaikan lainnya. Dalam konteks Tradisi Yahudi, seorang anak memiliki 3 (tiga) guru: guru yang paling pertama adalah ibunya, yang kedua adalah ayahnya, dan yang ketiga adalah Taurat. Sebagai orang tua, Santo Yusuf dan Bunda Maria mendidik Yesus dengan baik. Santo Yusuf menjadi teladan Yesus dalam bekerja dan bagaimana bersikap menjadi bapa yang baik. Bunda Maria juga tidak kalah berperan penting dalam masa kecil Yesus. Hari-hari masa kecil Yesus yang bahagia dan seperti anak-anak normal lainnya dilalui dengan penuh makna di Nazaret. Yesus adalah pribadi yang penurut dan taat kepada kedua orang tuanya itu (bdk. Lukas 2:39). Yesus bertumbuh menjadi pribadi yang disukai oleh Allah dan manusia (bdk. Luk 2:52)

Bunda Maria memiliki keistimewaan dalam pendidikan di masa kanak-kanak Yesus. Ia mendidik dan membesarkan Yesus dengan penuh kasih dan ketulusan serta mengajarkan kebaikan dan hidup doa. Bunda Maria adalah sosok pendoa dan ia merupakan tempat dimana Yesus belajar berdoa, dimana doa itu berisi penyerahan total kepada kehendak Allah, bahwa kehendak Allah si atas kehendak pribadi, bahwa kehendak Allah adalah yang terutama dan segala-galanya.

Maka bukan sekedar kebetulan jika Yesus dalam melaksanakan karya keselamatan Allah dan dalam seluruh perjalanan hidupNya juga menggaungkan kata fiat - dimana yang paling terlihat ketika dalam Taman Getsemani, ketika sebagai manusia Ia merasa ketakutan akan derita hebat yang harus ditanggungNya, dengan penuh iman dan kasih, dalam doa dan permohonanNya, Ia tetap mengatakan “Fiat! Bukan kehendakKu, melainkan kehendakMu, Bapa, yang terjadi.” . Ia taat sampai mati di kayu Salib.

Apakah mudah? Tentu tidak. Untuk dapat senantiasa taat kepada kehendak Allah, kita membutuhkan rahmat kekuatan dari Allah, yang dapat kita peroleh dari kehidupan doa kita. Kita patut senantiasa meneladan kehidupan dari Bunda Maria, yang merupakan sebuah permenungan tanpa henti terhadap Sabda Tuhan yang hidup, yang hadir dalam diri Putera-Nya, Yesus sendiri. Walaupun tentu banyak hal tidak mudah yang harus dilalui, Bunda Maria tidak banyak mengeluh, itu melainkan menyimpan setiap perkara dalam hatinya (bdk. Luk 2:19). Sikap ini tentu bukan hal mudah, apalagi di zaman sekarang ini dimana keinginan show off sangat menggiurkan agar makin tenar/viral.

Tapi ‘kan membentuk kehidupan doa itu susah! Nah, mari kita coba belajar dari Santa Teresa dari Yesus (Santa Teresa Avila), yang adalah seorang kudus Ordo Karmel. Ia juga sempat mengalami pergulatan dalam hidup doa selama kurang lebih lima belas tahun - tentu ini bukanlah waktu yang singkat. Selama kurun waktu itu St. Teresa bergulat agar dapat berdoa dengan baik, hingga akhirnya ia menyadari bahwa doa adalah seperti percakapan antara dua sahabat. Bisa dibayangkan betapa dekatnya Tuhan pada kita, sama seperti sahabat, dimana kita bisa curhat dan berbagi cerita apa saja. Doa bukanlah suatu hal yang ‘muluk-muluk’ dan banyak aturan yang harus dilakukan, sehingga kesannya jadi membingungkan atau membosankan. Banyak juga orang kudus atau santo-santa yang mempunyai pengalaman hidup doa seperti yang dialami oleh St. Teresa dari Yesus. Mereka mengalami rintangan pada awalnya, namun akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari.

Hidup doa adalah bukan suatu hal yang instan yang bisa jadi karena dua atau tiga kali latihan. Hidup doa dibentuk dari proses yang memerlukan kedisiplinan dan kesetiaan, sama seperti kamu ingin membentuk hubungan lebih dekat lagi dengan teman atau kekasih. Tidak heran bila terkadang kita merasa atau mengalami bahwa hidup doa adalah sesuatu yang membosankan atau membingungkan. Perlu latihan, , dan disiplin rohani untuk memupuk hidup doa. Kita dapat belajar dari Yesus bagaimana Yesus berdoa kepada Bapa dan belajar dari Bunda Maria yang merupakan sekolah doa pertama Yesus.

Nah, Sobat Youcat, jika Yesus saja dengan rendah hati mau belajar tentang Fiat dari Maria, BundaNya, sebagai sekolah doa pertamaNya, juga tentang bagaimana Ia menyerahkan diri kepada kehendak Bapa, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama? Mengapa kita tidak meniru Yesus untuk belajar dari Bunda Maria dalam berdoa dan berserah kepada kehendak Allah dalam bulan Mei ini?