Benarkah Yesus Hilang di Yerusalem Ketika Berumur 12 Tahun?

#berimanbukanrecehan, #santoyosef,
08 January 2021
Benarkah Yesus Hilang di Yerusalem Ketika Berumur 12 Tahun?

Mengenal Yesus Bersama Bapa Yosef di Awal Tahun 2021

Hai Sobat YOUCAT, semangat tahun baru untuk kita semua ya!

Mengikuti ajakan Paus Fransiskus yang telah menetapkan Tahun Santo Yosef untuk dirayakan sejak 8 Desember 2020 hingga 8 Desember 2021 mendatang, YOUCAT Indonesia di bulan Januari dan Februari 2021 menyajikan berbagai konten berkaitan dengan Santo Yosef nih! Konten yang dihadirkan berada dalam satu tema, yakni “Mengenal Yesus Kristus Bersama Santo Yosef”.

Nah, bicara tentang tema itu, tentu kita semua tahu bahwa Bapa Yosef, bapa asuh Yesus di dunia ini begitu dekat dengan Yesus. Hal itu bisa tergambar dari berbagai peristiwa penting dalam hidup Yesus. Dari peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Yesus yang melibatkan Bapa Yosef, kita pun bisa mengenali Yesus dengan lebih jauh lagi.

Apa saja ya peristiwa-peristiwa itu?

Sobat YOUCAT masih ingat?

Peristiwa-peristiwa itu di antaranya: kelahiran Yesus, pengungsian Yesus ke Mesir, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dan Yesus diketemukan di Bait Allah.

Ketiga peristiwa pertama sudah dibahas di Instagram lho! Buat yang belum menyimak jangan lupa nanti kunjungi Instagram @youcatid untuk bisa mengenal Yesus Kristus bersama Bapa Yosef dalam peristiwa kelahiran Yesus, pengungsian Yesus ke Mesir, dan ketika Yesus dipersembahkan di Bait Allah.

Nah, kali ini kita akan mencoba mengenali Yesus bersama Bapa Yosef dalam peristiwa “Yesus ditemukan di Bait Allah”. Eh, sebentar, maksudnya Yesus hilang gitu? Atau gimana nih? Yuk kita cermati pelan-pelan…

Apa yang sebenarnya terjadi ketika Yesus berusia 12 tahun?

Dikisahkan ketika Yesus berusia 12 tahun Ia pergi bersama Bunda Maria dan Bapa Yosef untuk berziarah ke Yerusalem dari kampung halaman mereka di Nazaret.

Sebagai info, jarak dari Nazaret ke Yerusalem itu kira-kira 150 km. Dan, karena waktu itu belum ada bus, ojek online, atau moda transportasi seperti sekarang, tentu saja Keluarga Kudus Nazaret ini harus berjalan kaki. Jika kira-kira jarak maksimal yang bisa ditempuh seseorang dengan berjalan kaki per harinya adalah 20 km, Sobat YOUCAT bisa memperkirakan kan berapa lama waktu yang ditempuh oleh Keluarga Kudus Nazaret ini.

Kenapa harus menempuh perjalanan jauh dari Nazaret ke Yerusalem?

Karena memang di masa itu setiap laki-laki wajib memenuhi ketentuan untuk hadir di Bait Allah selama tiga kali setahun. Kewajiban ini dimulai ketika mereka setelah mereka mengikuti upacara inisiasi pada usia 12 tahun yang meresmikan mereka masuk dalam kategori dan dunia orang dewasa, termasuk segala kewajibannya seperti mengikuti upacara keagamaan. Setelah mengikuti upacara tersebut, seorang anak dapat ikut serta penuh dalam perayaan Paskah dan Ia juga boleh diterima dalam sekolah Taurat.

Maksudnya diterima dalam sekolah Taurat apa ya?

Menyitir penjelasan dari RD. A. Gianto, begini penjelasannya:

“Orang Yahudi beranggapan bahwa tiap anak mempunyai tiga guru utama.

Yang pertama ialah ibunya sendiri. Dialah yang membesarkannya dari lahir hingga disapih.

Setelah itu peran pendidik diambil alih ayahnya hingga anak itu memasuki masa pubertas pada umur 12-13 tahun.

Pada usia itu seorang anak mulai masuk dunia orang dewasa dan wajib belajar hidup** mengikuti ajaran Taurat. Kini gurunya ialah Taurat sendiri.

Maka itu, pada umur-umur itu seorang anak diinisiasi dengan upacara sebagai “Bar Mitzvah”, ungkapan Aram ini artinya “anak ajaran Taurat”, maksudnya hidup yang diarahkan untuk menghayati Taurat.

Hingga hari ini di kalangan orang Yahudi, “Bar Mitzvah” adalah pesta terbesar bagi anak-anak dan orang tua mereka.”

Nah, sejak saat itulah seorang anak Yahudi menjadi “anak-anak hukum Taurat”. Dan karena itu, ketika di Yerusalem menjadi wajar ketika Yesus dapat ikut mendalami Taurat di Bait Allah serta bertanya jawab dengan para ahli agama. Kita bisa mencoba membayangkan bahwa ketika itu di Bait Allah ada kelompok-kelompok sekolah Taurat dan Yesus pun berpindah-pindah mengikuti pelajaran dari kelompok satu ke kelompok berikutnya.

Situasi itu membuat Yesus akhirnya terpisah dari orang tuanya, Bunda Maria dan Bapa Yosef. Kedua orang tuanya pun mungkin memiliki kesibukan dengan para orang tua lain dan kenalan di situ. Maklum saja, kewajiban berziarah ke Bait Allah membuat semua keluarga Yahudi akan datang ke Yerusalem sehingga mereka pun biasanya pergi dalam rombongan besar, biasanya bersama sanak saudara atau keluarga besar, yang dikelompokkan dalam rombongan laki-laki dan rombongan perempuan. Berjalan bersama dalam kelompok besar ini akan memberikan rasa aman dari gangguan perampok sekaligus menjaga ketersediaan makanan selama perjalanan.

Jadi Yesus Hilang?

Eits, nanti dulu, Sobat YOUCAT. Yuk kita lihat bagaimana situasi ini sebenarnya.

Pertama-tama, ayo kita lihat dan teliti apa yang disampaikan oleh Kitab Suci dulu. Dalam perikop “Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah” (Luk 2:41-52), Penginjil Lukas mencatat seperti ini:

Luk 2:41

Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.

Luk 2:42

Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.

Luk 2:43

Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, __tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.__

Bagian “tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya…” pada ayat 43 memiliki arti bahwa Yesus memang memilih tinggal di Yerusalem, bukan hilang.

Kalau kita hubungkan pula dengan penjelasan di awal tentang tradisi inisiasi orang Yahudi bagi anak-anak, maka kita bisa memahami bahwa dengan demikian ketika menginjak usia 12 tahun artinya Yesus sudah bukan kanak-kanak lagi.

Berikut ini tambahan penjelasan dari YOUCAT BIBEL pada halaman 298 yang berkaitan dengan peristiwa ini:

Dengan usia 12 tahun,

berarti Yesus sudah bukan kanak-kanak lagi.

Dia tahu, ke mana Dia menuju.

Dia mengambil jalan itu.

Orang tuaNya mesti belajar akan hal itu.

Meskipun keputusan Yesus untuk memilih tinggal di Yerusalem memang tidak diketahui atau tidak disadari oleh kedua orang tuaNya.

Maksudnya Bunda Maria dan Bapa Yosef Ceroboh?

Bukan begitu juga hehehe..

Seperti yang tadi sudah disampaikan, untuk pergi berziarah ke Yerusalem keluarga-keluarga Yahudi biasanya pergi dalam rombongan besar yang dikelompokkan dalam rombongan laki-laki dan rombongan perempuan. Di dalam rombongan itu, biasanya ada pembagian tanggung jawab juga. Orang dewasa menjaga yang lebih kecil, anak yang yang lebih besar menjaga yang masih kecil-kecil. Yesus yang sudah dianggap dewasa tentu mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab seperti itu. Artinya, Bunda Maria dan Bapa Yosef, serta sanak saudara mereka mempercayakan Yesus akan sebuah tanggung jawab yang besar.

Berangkat dari kepercayaan itulah bisa jadi ketika hendak pulang ke Nazaret, Bunda Maria dan Bapa Yosef meyakini Yesus telah berjalan bersama dalam kelompok besar mereka. Barulah setelah sehari perjalanan jauhnya Bunda Maria dan Bapa Yosef menyadari Yesus tidak ada di antara kaum keluarga dan kenalan mereka (lih. Luk 2:44).

Sebagai orang tua yang peduli akan putera mereka, Bunda Maria dan Bapa Yosef berjalan kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus dan setelah tiga hari mereka menemukan Yesus sedang duduk di tengah-tengah alim ulama sambil bersoal jawab dengan mereka (lih. Luk 2:46-47).

Lalu apa yang bisa kita kenali dari Yesus dalam peristiwa ini?

Sobat YOUCAT, dari kisah ini kita tahu bahwa Yesus yang sudah beranjak dewasa tidak hilang, tetapi Ia memutuskan untuk tinggal di Bait Allah. Dari sini kita bisa melihat bahwa sedari dini Yesus telah mengenal identitas, jati diri, serta misiNya di dunia. Hal ini bisa kita lihat dari jawaban Yesus kepada kedua orang tuaNya:

Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku?

Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Luk 2:49)

Hal menarik yang perlu kita sadari adalah bahwa inilah peristiwa pertama Yesus ditampilkan berbicara lho! Dan, ungkapan pertama yang disampaikan Yesus ketika Ia berbicar adalah bagaimana Ia telah mengenal jati diri dan misiNya dari Bapa sehingga Ia ingin menyibukkan diriNya dalam perkara-perkara BapaNya.

Oleh karena itu bisa dipahami bahwa nanti di kemudian hari selama tiga tahun berturut-turut tanpa putus, tanpa cuti, tanpa lelah Yesus begitu mendedikasikan diriNya untuk misiNya yang dipercayakan Bapa, yakni mewartakan Kerajaan Allah yang penuh dengan sukacita dan kasih. Ia betul-betul memberi diri bagi misiNya. Dan, bisa kita pahami pula bahwa dedikasiNya dalam misiNya itu dipungkasiNya dengan luar biasa di kayu salib. Ia menunaikan misiNya hingga akhir. Tuntas.

Tidak hanya itu, Yesus pun digambarkan sangat memahami apa kehendak Allah itu sebagaimana yang disampaikan dalam Kitab Suci. Hal ini tampak ketika Penginjil Lukas menyebutkan,

“Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya

dan segala jawab yang diberikanNya…” (Luk 2:47)

Tak heran bahwa nantinya kita akan menemukan bagaimana Yesus dengan sangat cerdas dan inspiratif dapat menjelaskan apa yang menjadi kehendak Bapa dalam Kitab Suci kepada begitu banyak orang dengan cara yang sederhana.

Tak heran juga nantinya kita akan menjumpai Yesus yang mampu menguraikan makna mendasar dan terdalam di balik ayat-ayat Kitab Suci yang selama ini hanya dipahami secara harafiah atau bahkan disalahgunakan.

Tak heran juga kita akan berjumpa dengan Yesus yang mampu meloloskan diri dari tipu muslihat dan jebakan-jebakan dari ayat-ayat Kitab Suci yang disiapkan oleh orang-orang yang membenci karya pengajaranNya.

Semuanya tentu berpangkal dari pemahaman dan kesadaran Yesus yang sempurna akan siapa diriNya, apa tugasNya, serta apa kehendak Bapa dalam Kitab Suci.

Nah, Sobat YOUCAT, bagaimana mungkin seorang anak berusia 12 tahun telah memahami identitas, jati diri, misinya, bahkan telah memahami isi dari Kitab Suci seperti Yesus?

Tentu saja, tak lain dan tak bukan adalah berkat didikan yang luar biasa dari Bapa Yosef dan Bunda Maria. Jangan lupa bahwa sesuai tradisi Yahudi, seorang anak memiliki tiga guru utama. Guru yang terakhir adalah Taurat sendiri. Tetapi, sebelum itu, guru yang pertama dan kedua, secara berturut-turut, adalah ibu dan bapak dari anak tersebut.

Artinya kita bisa memahami bahwa Bapa Yosef dan Bunda Maria betul-betul menjadi guru bagi Yesus dalam memahami dan menaati Kitab Suci, kehendak Allah, Hukum Allah dalam masa-masa kecil Yesus bersama mereka. Meski mungkin Bapa Yosef dan Bunda Maria sempat panik karena tidak menemukan Yesus, dan sempat bingung akan jawaban Yesus pada mereka yang mengkhawatirkanNya, tetapi saya cukup yakin bahwa Bapa Yosef tentu bangga bahwa puteranya yang dipercayakan Bapa kepadanya untuk diasuh telah menjadi pribadi yang dewasa, yang bertanggung jawab, dan lebih dari itu menjadi pribadi yang telah menyadari jati diri dan identitasNya dan siap bermisi untuk mewartakan Sabda Allah yang juga telah Ia pahami, hayati, dan lakukan.

Itulah sebabnya, Yesus kemudian kembali bersama Bapa Yosef dan Bunda Maria ke Nazaret dan hidup dalam asuhan mereka hingga Ia semakin bertambah besar, bertambah hikmatNya dan besarNya, dan semakin dikasihi oleh Allah dan manusia (lih. Luk 2:51-52).

Willem L. Turpijn Koordinator Divisi Material Development dan Formatio YOUCAT Indonesia