Apa Yang Harus Aku Lakukan Setelah Ini, Tuhan?: Pelajaran dari Sang Peziarah, St. Ignatius dari Loyola

#Ziarah, #Santo-Santa, #St. Ignatius Loyola, #Refleksi, #BerimanBukanRecehan,
31 July 2019
Apa Yang Harus Aku Lakukan Setelah Ini, Tuhan?: Pelajaran dari Sang Peziarah, St. Ignatius dari Loyola

Hari ini kita memperingati Peringatan Wajib St. Ignatius Loyola. Ignatius adalah pendiri Ordo Serikat Yesus dan terkenal dengan karyanya yaitu Latihan Rohani 30 Hari. Dalam autiobiografinya, Ignatius sering menyebut dirinya sebagai sang peziarah. Nah, apa yang bisa kita teladani dari sikap sang peziarah ini dalam peziarahan hidup kita?

Peziarah yang Gigih Mewartakan Iman

St. Ignatius Loyola lahir tahun 1491 dengan nama kelahiran Inigo. Perjalanan spiritual St. Ignatius dimulai sejak kakinya terkena peluru meriam dalam pertempuran di benteng Pamplona tahun 1521. Selama proses pemulihan, ia banyak membaca buku-buku tentang Kristus dan Orang-Orang Kudus, satu-satunya buku yang ada waktu itu. Saat membaca buku itulah, ia mulai sering menimbang-nimbang hidupnya di hadapan Tuhan. Sejak saat itulah, ia bertekat untuk mengubah hidupnya dan hidup layaknya peziarah.

Ia mulai perjalanannya dengan pergi ke Montserrat dan melakukan pengakuan dosa umum di sana. Setelah itu, ia pergi Manresa dan mulai melakukan laku tapa yang berat demi dosa-dosanya. Di situlah, ia mulai mendapat dasar untuk menulis Latihan Rohaninya.

Setelah dari Manresa, ia memutuskan untuk berziarah ke Yerusalem. Di Yerusalem, ia bertekad kuat untuk mengabdikan diri bagi Tuhan di sana. Akan tetapi, ia tidak diperbolehkan oleh pemimpin Gereja setempat karena alasan keamanan. Saat itulah ia bertanya “Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?”.

Sejak saat itulah, ia begitu lincah dalam perjalanan peziarahan hidupnya. Ia lalu memutuskan untuk belajar di Alcala, Salamanca, hingga Paris. Awalnya, ia berkarya seorang diri, namun ia sadar ia butuh kawan dan mulai mendapat teman untuk mewarta di Paris. Awalnya, ia dan kelompoknya ingin berkarya di Yerusalem, namun akhirnya ia dan kelompoknya mengabdikan diri secara khusus kepada Sri Paus di Roma. Dan pada tahun 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian yang nantinya diberi nama Serikat Yesus. Pada awalnya berkarya dibidang kerohanian dan karya sosial di Roma, namun akhirnya dengan cepat berkembang hingga mampu mengirim misionaris ke Asia (St. Fransiskus Xaverius), mendirikan kolese-kolese, dan berkembang pesat pula dalam jumlah.

Ini semua karena St. Ignatius Loyola selalu tekun dalam meneliti batinnya dan selalu bertanya, “apa yang harus aku lakukan setelah ini, Tuhan?”. Inilah yang membuat perjalanan rohaninya tidak pernah mandeg. Inilah yang membuat Serikat Yesus terus berkembang hingga sekarang ini.

“Apa yang Harus Aku Lakukan, Tuhan?”

Nah, begitupun dengan perjalanan hidup kita.

Setiap kita menemukan kebimbangan, keraguan, atau bahkan kebuntuan, kita perlu berhenti sejenak, meneliti batin kita, dan bertanya “Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?”

Bukan untuk berhenti lalu galau nggak berhenti-berhenti lho ya…

Tapi agar kita bisa melihat secara lebih jernih kondisi kita saat ini dan agar kita mendapat rahmat dari Allah untuk bisa melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin selama ini tidak mampu kita lihat.

Oleh karena itu, setiap kita menghadapi kegagalan, keraguan, atau bahkan keberhasilan sekalipun, luangkan waktu tenang sejenak, berdoalah, dan tanyakan pada Tuhan “apa yang harus aku lakukan setelah ini, Tuhan?”, lalu mohonlah rahmat agar mampu melangkah lagi.

Dengan begitu, hidup kita pasti tidak akan mandeg, monoton, tidak akan flat-flat saja, namun terus berkembang dan dapat dengan lincah membuat langkah baru dalam setiap tahap hidup kita.

>Yuk Berefleksi

Bagaimana selama ini sikapku dalam menghadapi kebimbangan, kegagalan, dan keberhasilan?

Apakah aku sudah membuka diri bagi kehendak Tuhan? Apakah aku sudah membuka diri untuk terus dikembangkan oleh Tuhan?

>Yuk Dicoba

Yuk, kita coba biasakan diri mengambil waktu tenang, berdoa, dan bertanya kepada Tuhan “apa yang harus aku lakukan setelah ini, Tuhan?”. Kita bahkan bisa membiasakan ini pada pagi hari waktu bangun tidur atau malam sebelum tidur agar kita diberi rahmat untuk dapat fokus pada pekerjaan kita. Kita juga bisa melakukannya saat kita bosan dan malas agar kita diberi rahmat untuk terus melangkah melawab kebosanan dan rasa malas kita.

>Yuk Dibaca

Buku “Wasiat dan Petuah St. Ignatius” karangan P. Luis Goncalves da Camara, SJ

https://www.imankatolik.or.id/kalender/31Jul.html

https://www.majalahutusan.com/single-post/2016/11/12/St-Ignatius-Loyola-7-YERUSALEM-Ziarah-Jalan-Kaki-Tanpa-Bekal-dan-Teman